Semarang – Terorisme menjadi persoalan yang belum selesai, baik di Indonesia maupun Internasional. Untuk itu diperlukan penanganan dari berbagai pihak, tidak hanya oleh pihak aparat keamananan saja, tetapi juga para tokoh agama, lembaga keagaman dan para penyuluh agama.
Penyuluh agama dalam hal ini merupakan profesi di Kementerian Agama diharapkan banyak terlibat dalam pembinaan para napiter di lapas-lapas.
Oleh karena itulah, UNODC (United Nations Office Drugs and Crime) menyelenggarakan Pilot Training On Strengthening Faith Professional’s Roles In Disengangement, Rehabilitation and Reintegration For Violent Extremist Prisoners In Indonesia bersama Ditjenpas menggandeng para penyuluh agama dalam pelatihan pada tanggal 7 – 11 Februari 2022 di Hotel Basko Padang Sumatera Barat.
“Penyuluh agama yang bertugas sangat dituntut dapat membentuk kepercayaan (trust) kepada napiter sebagai upaya mengambil hati klien”, tutur Syarif Hidayatullah, selaku Penyuluh Agama Islam yang diundang dalam pelatihan ini (8/2).
Selain itu, kompetensi penyuluh juga menjadi yang diharapkan ada saat menjalankan tugas agar memiliki ketahanan spritual saat menghadapi napiter.
“Penyuluh yang bertugas harus memiliki ketahanan spiritual dan mental jangan sampai malah justru ikut terpapar atau terkontaminasi oleh klien”, imbuh Syarif.
Ke depan saat penyuluh bertugas akan didampingi oleh wali napiter yang memang setiap hari selalu melekat mengawasi baik lewat CCTV maupun secara langsung. Tentunya ini mereka sangat hafal dengan sifat masing-masing napiter.
“Nantinya juga, para penyuluh akan diberi bekal berupa profiling klien dan ketrampilan lainnya agar mempertajam dan mempercepat terbentuknya trust”, pungkas Syarif.(Syarif/bd)