Semarang, Selasa (6/9/2022) Pengurus dan Anggota Dharma Wanita Persatuan (DWP) Kantor Kementerian Agama (Kankemenag) Kota Semarang mengikuti webinar nasional yang diselenggarakan oleh DWP Kemenag RI melalui zoom meeting dan youtube, dari ruang rapat Kankemenag Kota Semarang.
Kegiatan bertajuk Mengenal Dunia Media Sosial Gen-Z dan Remaja Toleran atau Ekstrimis, dibuka oleh Penasihat DWP Kemenag RI, Eny Yaqut Cholil Qoumas.
Dalam kegiatan tersebut, Kalis Mardiasih dari Jaringan Nasional Gusdurian didapuk sebagai narasumber. Sebelum menjelaskan tentang dampak media sosial terhadap ekstrimisme, terlebih dahulu ia menjelaskan tentang apa itu ektremis beragama. “Ektremis beragama adalah beragama dengan kekerasan, atau mengajak orang lain beragama dengan kekerasan,” tuturnya.
“Berdasarkan riset, ekstremis tidak hanya orang miskin, tidak berpendidikan, berasal dari timur tengah, dan laki-laki. Saat ini ekstremis justru orang-orang yang berpendidikan tinggi, orang yang memiliki ekonomi mapan, ada pula yang berasal dari dunia barat, dan tidak hanya laki-laki, perempuan pun memiliki potensi yang sama teradikalis,” terangnya.
“Perempuyan jika sudah teradikalisasi dan sudah punya iman bahwa beragama itu harus ekstrim mereka bisa melakukan apa saja. Sudah tidak lagi seperti paradigma bahwa perempuan itu makhluk yang lemah lembut, dan penuh kasing sayang,” imbuhnya.
Pada kesempatan ini, ia mengimbau kepada anggota DWP untuk mampu mengambil peran sebagai pencegah terjadinya ekstremis. “Fenomena saat ini berbeda dengan paradigma lama, ektrimisme disebarkan melalui media sosial, khilafah yang berkedok tampilan modern. Kita sebagai perempuan apalagi seorang ibu harus mampu mengambil peran untuk dapat mencegah agar generasi penerus kita tidak terinfeksi virus esktrimisme. Untuk itu kita harus menunjukkan citra sebagai perempuan yang memiliki pemikiran yang terbuka, mengikuti perkembangan jaman, dan memiliki semangat untuk ikut memajukan bangsa,” ungkapnya. Ia mengajak peserta webinar untuk meningkatkan pengetahuan tentang ekstremis serta sepak terjangnya, sehingga sebagai perempuan dan ibu bisa memberikan bekal pemahaman yang kuat kepada anak-anak sebagai generasi penerus bangsa tentang toleransi dan moderasi beragama.(NBA/bd)