Peringatan 24 Tahun, MAN 2 Purwokerto gelar Seminar Nasional

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Purwokerto – MAN 2 Purwokerto bekerjasama dengan MGMP Ketrampilan se-Jawa Tengah meyelenggarakan Seminar Nasional Pendidikan dan Kewirausahaan dengan Tema “Peran Pendidikan Karakter dan Kewirausahaan dalam Membangun Generasi Indonesia Unggul” serta Sarasehan Implementasi KBM Program Ketrampilan di Program Ketrampilan (25/01). Hadir dalam Seminar Nasional Direktur Pendidikan Madrasah Kementerian Agama RI, M. Nur Kholis Setiawan, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah, Ahmadi, Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Banyumas, Bambang Sucipto dan Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Cilacap, Mughni Labib.

Seminar dan Sarasehan ini diselenggarakan dalam rangka memperingati 24 Tahun MAN 2 Purwokerto yang diikuti oleh para kepala dan guru madrasah khususnya di Provinsi Jawa Tengah dan para guru ketrampilan madrasah aliyah di Provinsi DIY, Jawa Timur, Jawa Barat, dan Banten. Tidak kurang dari 170 orang peserta hadir di Aula MAN 2 Purwokerto.

Tiga narasumber dihadirkan dalam seminar tersebut yaitu 1) Prof. Dr. Hj. Siti Nurhayati, MS -Guru Besar Ilmu Ekonomi Universitas Pekalongan, 2) Dr. Sarwa, MT – Dosen Model Pembelajaran Prakarya dan Kewirausahaan Universitas Negeri Medan, 3) Fudji Wong – Founder & CEO PT. Fujiro Tirta Sehat Rejeki dan Sarasehan dengan Nurkholis Setiawan – Direktur Pendidikan Madrasah Kementerian Agama RI.

Kakanwil menyampaikan bahwa lembaga pendidikan yang ideal memiliki 3 karakter unggul yakni keislaman, keilmuan, kewirausahaan. “Ketiga karakter tersebut telah ada di madrasah. Saya kita ini patut menjadi kebanggaan kita yang harus kita kembangkan terus,” kata Ahmadi.

Lebih lanjut disampaikan bahwa untuk menjadikan lembaga pendidikan Islam dalam proses peningkatan kualitasnya harus memperhatikan 6 pilar pengembangan madrasah. Keenam pilar dimaksud yaitu pilar keislaman, keindonesiaan, keilmuan, kemodernan, kemandirian, dan keumatan.

Sementara itu Direktur Pendidikan Madrasah menegaskan bahwa peran pendidikan di madrasah mencoba memperkecil ruang gerak radikalisasi. Madrasah seyogyanya mampu mengontrol dan membekali anak didiknya sehingga siap menghadapi kondisi sosial yang berkembang. Usaha yang telah dilakukan dengan sekuat tenaga meskipun belum menghasilkan sesuatu dengan harapan. Menurut Nurcholis, setelah berusaha dan berdoa, Allah swt akan menjamin turunnya anugerah tersebut meskipun tertunda. “Kita tidak bisa memastikan doa akan dikabulkan sesuai dengan kehendak kita, tetapi Allah punya skenario tersendiri yang paling baik bagi hambaNya,” tegas Nurcholis.

Saat ini terdapat 204 Madrasah Negeri Ketrampilan di Indonesia, sangat berpotensi untuk menyiapkan/membekali anak didik dengan ketrampilan sehingga bisa dijadikan bekal untuk lapangan kerja. Tetapi berdasarkan research terhadap beberapa pengguna lulusan pendidikan ketrampilan justru tidak meletakkan ketrampilan yang dikuasai calon tenaga kerja tetapi kejujuran dijadikan faktor pertama yang dijadikan dasar penerimaan tenaga kerja. Meski demikian regulasi yang pasti bagi pendidikan ketrampilan di madrasah sudah saatnya diwujudkan.

“Apapun ketrampilan yang menjadi unggulan pada 204 madrasah tersebut akan dirangkum untuk disusun regulasi yang jelas dan pendidikan ketrampilan masuk dalam kegiatan kurikuler bukan sebagai kegiatan ekstra kurikuler,” ucap Nurcholis menjelaskan. Kewirausahaan yang diajarkan melalui pendidikan ketrampilan merupakan hal yang sangat penting untuk membekali murid dalam menghadapi dunia kerja.

Saat ini telah terbit PMA No 60 Tahun 2015 sebagai perubahan PMA No 90 Tahun 2013 tentang Pendidikan Madrasah yang menyebutkan bahwa paling tidak Kementerian Agama menyelenggarakan paling tidak 1 madrasah unggulan dengan diversifikasi madrasah yang memiliki kekuatan akademik, ketrampilan/kewirausahaan/keguruan, dan madrasah tafaquh fiddiin/keagamaan/reguler. Masyarakat diberi keleluasaan untuk mengentaskan pendidikan madrasah unggulan ini. (fat/gt)