Karanganyar – Program wajib belajar pendidikan dasar (Wajar Dikdas) yang digulirkan Pemerintah semakin diminati di kalangan pondok pesantren. Jumlah peserta yang mengikuti program tersebut semakin meningkat dari waktu ke waktu walaupun tidak signifikan. Hal ini dilakukan ponpes untuk mengakomodasi tuntutan para santrinya agar dapat melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi.
Kesimpulan tersebut didasarkan pengamatan Kepala Kemenag bersama Staf Seksi Pakis dan Tim Humas setelah mengunjungi lokasi pelaksanaan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) tingkat Wustho di Ponpes Darus Salam dan Pawening Qolbu, Selasa (10/04).
“Tren peserta ujian wajar dikdas meningkat walau tidak signifikan, tapi kedepannya akan banyak dan terus bertambah karena santri yang dibawahnya berjumlah lebih banyak”, kata Kepala Kankemenag Kabupaten Karanganyar, Musta’in Ahmad.
Dalam kesempatan itu Kepala Kemenag memotivasi para santri untuk tidak patah semangat belajar pelajaran umum. Menurutnya, di tengah masyarakat ada profesi formal yang harus diikuti dan itu butuh ijazah formal.
“Kemampuan menghafal Al Qur’an adalah modal yang luar biasa, namun di tengah masyarakat ada profesi formal yang harus dimasukan dalam dunia formal tersebut, dan ini butuh ijasah formal,” jelasnya.
Program Wajar Dikdas atau dalam bahasa lain setara dengan Kejar Paket diselenggarakan oleh enam ponpes yang diikuti oleh 82 santri. Empat ponpes mengikuti wajar dikdas tingkat Wustho (Ponpes Pawening Qalbu, Darus Salam, Banu Salamah dan Darul Mubtadien), dan dua ponpes mengikuti wajar dikdas tingkat Ula (Al Karimah dan Banu Salamah).
Kementerian Agama berkomitmen untuk memberi bantuan kepada santri dan pondok pesantren. Untuk dana yang bersumber dari APBN, Kemenag mengelola BOS, PIP dan BOP serta bantuan pendistribusian buku. Disamping itu, Kemenag bekerjasama dengan Pemda dan Baznas Kabupaten Karanganyar untuk secara rutin memberi bantuan intensif kepada Guru TPQ setiap tahunnya.
Kedepan, Kepala Kemenag mengharapkan agar para pengajar Wajar Dikdas lebih diberdayakan, dimana rata-rata pengajar tersebut berasal dari sekolah negeri di Kabupaten Karanganyar. Tujuannya tidak bukan adalah untuk meningkatkan kualitas para santri di pondok pesantren. (ida-hd/Wul)