Puja Padang Bulan, Program Nguri-Uri Kebudayaan Umat Buddha Magelang Raya

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Kota Mungkid (Humas) – Penyelenggara Buddha Kantor Kementerian Agama Kabupaten Magelang Saring, SAg, membuka dan memotong tumpeng Puja Padang Bulan di Candi Ngawen Kecamatan Muntilan, Rabu, 24/04/2024

Puja Padang Bulan merupakan progam baru puja bakti oleh umat Buddha Magelang Raya. Puja ini dilakukan saat padang bulan, perlu diketahui kata ‘padang’ berasal dari Bahasa Jawa yang berarti terang. Sehingga Puja Padang Bulan adalah puja yang dilakukan pada bulan terang setiap tanggal 15 penanggalan bulan.

Kegiatan Puja Padang Bulan dihadiri yang mulia suhu dan 41 umat Buddha, diawali dengan pembacaan paritta suci, meditasi yang dipandu oleh suhu, serta sambutan dari Kustiani Ketua STAB Syailendra Kopeng yang merupakan tokoh penggagas awal mula kegiatan Puja Padang Bulan serta pengarahan dan potong tumpeng oleh Saring selaku Penyelenggara Buddha Kemenag Kabupaten Magelang, dilanjutkan Dana Paramita (dana sukarela), dan ditutup dengan ramah tamah.

Kustiani menyampaikan Puja Padang Bulan yang dilakukan di Candi Ngawen, Muntilan selanjutnya akan menjadi agenda rutin umat buddha Magelang Raya sebagai aplikasi salah satu indikator Moderasi Beragama yaitu Penerimaan terhadap Tradisi.

“Semoga kegiatan ini bisa berkesinambungan untuk mengenalkan sebuah tradisi kepada pemuda-pemudi Buddha dan anak cucu. Selain tradisi, pengenalan serta nguri-nguri kebudayaan Jawa juga diperlihatkan dengan nasi Tumpeng yang sama-sama kita bawa pada sore hari ini,” kata Wahyu Utomo, Penyuluh Agama Buddha Non PNS.

Tumpeng merupakan warisan tradisi dari nenek moyang yang sangat tinggi nilai dan makna karena memiliki simbolisasi yang sakral. Sajian nasi ini identik dengan budaya tradisiselamatan khas dari suku bangsa yang ada di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa.   

Penyelenggara Buddha, Saring dalam pengarahannya menyampaikan kegiatan Puja Padang Bulan merupakan progam untuk mendapat berkah dari nguri-nguri kebudayaan, serta bisa membuat umat Buddha Magelang Raya untuk terus menggelorakan semangat dhamma yang adi luhur.

“Semoga kegiatan terus berjalan dan semoga kedepan bisa dilakukan di Candi yang bernuansa Buddhis. Berkaitan dengan perizinan masuk akan diusahakan sehingga untuk ke depannya tidak hanya di Candi Ngawen Muntilan saja, tetapi bisa merambah ke Candi Mendut, dan Candi Borobudur,” kata Saring.(SN/Sua)