Seminar Moderasi Beragama di MTsN 1 Kebumen, Ini Pesan Ahmad Faridi

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

 

Kebumen – Kepala Bidang Pendidikan Madrasah Kanwil Kemenag Provinsi Jawa Tengah H. Ahmad Faridi, berkesempatan mengisi Seminar Moderasi Beragama dan Pembinaan GTK MTsN 1 Kebumen, Senin, (21/8/2023). Pada kegiatan ini, Ahmad Faridi didampingi Kasi Penma Kemenag Kebumen, H. Khamid dan Kepala MTsN 1 Kebumen, Fitriana Aenun.

Dalam penyampaiannya, Ahmad Faridi menjelaskan, pada tahun-tahun politik seperti sekarang ini, pada sisi kehidupan moderasi beragama kemungkinan timbul masalah kembali. Utamanya masalah benturan intern umat seagama. Kompleksitas permasalahan selalu muncul seiring dengan perubahan zaman.

Menyikapi hal tersebut, disampaikan bahwa salah satu tugas guru atau GTK adalah mengajarkan anak-anak untuk tidak belajar sendiri masalah agama dari YouTube, Facebook  atau media sosial lain tanpa pendampingan. Hal ini mengingat bahwa sekarang ini banyak propaganda berita hoak dan penipuan yang beredar massif di dunia maya dengan berbagai aplikasi melalui medsos.

“Zaman sudah berubah, model pembelajaran sudah berubah.Konsep kedisiplinan juga berubah tidak seperti zaman dulu. Apalagi sekarang ada HP yang kemungkinan anak lebih pintar daripada orang tua atau gurunya. Kelebihan ini bisa jadi manfaat tapi bisa juga jadi mudharat bagi anak,” paparnya.

ASN sebagai pelayan masyarakat agar selalu melayani masyarakat dengan sebaik-baiknya dan ikhlas. Kita harus hati-hati menyikapi media social dan  harus kompak dalam satu barisan.

Kaitannya dengan madrasah, lanjut Faridi, butuh waktu panjang dan modal besar untuk mencapai madrasah berprestasi, sehingga sistem yang sudah terbangun dengan baik jangan sampai rusak. “Jangan sampai citra dan kepercayaan masyarakat kepada madrasah menurun atau luntur. Apalagi kalau rusaknya karena tindakan asusila dan kekerasan atau pelecehan pada anak,” pesannya.

Ia mengingatkan bahawa guru adalah profesi yang istimewa yang harus dijaga sebaik-baiknya.

“Status  guru melekat 24 jam sepanjang hayat, bahkan hingga meninggal tetap disebut sebagai guru. Maka kita harus jaga amanah ini dengan terus kita tingkatkan lagi semangat bersaing untuk berprestasi. Tetaplah semangat mengabdi di mana pun kita berada!” pungkasnya. (isu/fz/bd).