Banjarnegara – Sebagai Madrasah Piloting Projek Implementasi Kurikulum Merdeka, MTs Negeri 2 Banjarnegara selalu berusaha menggali dan menyempurnakan perangkat pembelajaran dengan menghadirkan para narasumber yang berkompeten dibidangnya.
Kegiatan Bimtek Implementasi Kurikulum Merdeka diikuti oleh guru yang mengajar kelas tujuh, guru rumpun mata pelajaran agama dan guru BK yang jumlah 34 guru. Kegiatan bimtek ini menghadirkan narasumber yaitu Nurlaila Isnaini Pengawas Madrasah Kankemenag Kabupaten Banjarnegara, (27/8)
Wangid Sunandar Selaku Wakil Kepala Urusan Kurikulum menyampaikan maksud dan tujuan Bimtek Implementasi Kurikulum Merdeka agar semua guru memiliki pemahaman yang sama tentang konsep kurikulum merdeka,
“Guru memiliki pemahaman yang sama tentang konsep kurikulum merdeka, dapat menghasilkan “produk” kurikulum merdeka, sehingga dapat menerapkan IKM (Mandiri Berubah) di MTs Negeri 2 Banjarnegara,” jelas Wangid Sunandar.
Kepala Madrasah, Ratna Ayu kartika wulan dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada seluruh peserta yang sudah datang tepat waktu dan berharap semua peserta mengikuti kegiatan BIMTEK dengan sebaik- baiknya agar nantinya ada gambaran ketika kembali kemadrasah untuk terjun menerapkan ilmu tentang kurikulum merdeka.
“Semoga apa yang diperoleh hari ini sebagai penyempurnaan penyusunan perangkat pembelajaran, sehingga bisa diterapkan pada proses Kegiatan belajar mengajar, “ tutur Ratna Ayu saat sambutannya.
Nurlaila Isnaini selaku narasumber pada Sabtu menyampaikan guru harus mampu mengikuti perkembangan kurikulum. Banyak tugas yang harus diemban dalam IKM ini .
“ Diantaranya tugas utama se orang guru adalah menyiapkan anak didik untuk kehidupan yang lebih baik pada masa yang akan datang, (2) Hal di atas adalah tanggung jawab moral yang harus selalu dijaga dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, (3) Guru harus selalu siap dengan beragam perubahan yang terjadi pada dunia pendidikan, (4) Guru wajib tahu tentang Realita Pendidikan Kita (akreditasi yang administratif, mengejar target kurikulum, tidak ada feedback, SKM, hanya diisi pengetahuan, dan banyak ujian, banyak materi, mengejar ketuntasan materi, menyeragamkan perlakuan terhadap anak, tugas terus menerus, dan kelas yang membosankan), “ jelas Nur Laela.. (ws/rf)