Siap Hadapi IKM, Guru Bahasa Inggris MAN 2 Banjarnegara Praktikkan Pembelajaran Berdiferensiasi

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Banjarnegara – Sebagai tindak lanjut kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan MGMP Bahasa Inggris MA se-Kabupaten Banjarnegara, M. Subhan AS, guru MAN 2 Banjarnegara mempraktikkan pembelajaran berdiferensiasi di kelas X-3 (31/8).

Pada pelaksanaan on-the job learning ini Subhan mengambil materi descriptive text. Dalam pelaksanaannya, ia membagi kelas menjadi kelompok-kelompok sesuai dengan gaya belajar peserta didik. Terdapat tiga kelompok dalam kegiatan pembelajaran tersebut.

Kelompok pertama terdiri dari peserta didik yang gemar membuat video. Kelompok kedua berisikan peserta didik yang memiliki ketertarikan dalam menggambar dan menulis. Selanjutnya adalah kelompok peserta didik yang cenderung aktif dan suka tampil di depan umum.

Sebelum belajar dalam kelompoknya, peserta didik terlebih dahulu diberikan pertanyaan pemantik dan tayangan video contoh descriptive text. “Dengan kelompok yang berbeda tersebut nanti akan ada diferensiasi proses dan produk, sehingga output teks deskriptif yang mereka hasilkan ada yang berupa video, gambar atau infografis, bahkan juga ada yang berupa slide presentasi,” ujarnya.

Ketika ditanya mengenai respons peserta didik terhadap pembelajaran hari itu, Subhan menyampaikan bahwa peserta didik senang dan antusias. ”Mereka sangat semangat saat pembelajaran karena terlibat langsung dalam kegiatan belajar tersebut”, ungkapnya. Tak hanya itu, ia pun menyebutkan bahwa peserta didik pun dapat merealisasikan pengalaman belajar di kelas dengan kehidupan sehari-hari.

Pada hari sebelumnya oleh Noviati Khodijah, S.Pd., fasilitator daerah PKB Bahasa Inggris MA Kabupaten Banjarnegara, telah disampaikan materi tentang pembelajaran berdiferensiasi dan genre-based approach (GBA) untuk pengajaran bahasa. “Kita harus mulai melakukan pembelajaran berdiferensiasi, bukan karena tuntutan kurikulum, tapi lebih karena kita harus menyadari bahwa setiap peserta didik itu berbeda dan unik. Mereka berhak mendapatkan pembelajaran sesuai karakter mereka masing-masing. Dengan demikian, peserta didik akan lebih nyaman dalam belajar,” tutur Noviati. (unf/ka/bd)