Surakarta – Seluruh siswa-siswi mendadak panik. Semua mencari perlindungan, baik di dalam maupun di luar ruangan, Saat itu, gempa bumi berkekuatan 6,8 skala richter dengan potensi tsunami tiba-tiba terjadi. Akibatnya, kegiatan belajar dan mengajar terhenti.
Sirine berbunyi sebagai tanda bahaya telah terjadi gempa serta keadaaan darurat. Palang Merah Indonesia (PMI) dengan sigap mengevakusi dan mengamankan seluruh siswa-siswi sesuai dengan prosedur.
Prosedur pengumpulan siswa-siswi melaui jalur evakuasi menuju titik kumpul aman yang telah ditentukan. Tim evakuasi dengan sigap mencatat dan menghitung jumlah korban yang selamat dari bencana.
Demikian, simulasi ketika gempa terjadi, di MI Ta’mirul Islam Surakarta, Rabu (7/11) kemarin.
Suasana itu berlangsung selam 30 menit sebagai bagian dari simulasi tanggap bencana. Setelah keadaan kondusif dan seluruh siswa-siswi telah dievakuasi, koordinator simulasi gempa Barley menyatakan, keadaan telah aman dan status keadaan darurat telah di hentikan.
Barley selaku koordinator simulasi dari PMI mengungkapkan bahwa simulasi keadaan darurat sangat penting dilakukan guna antisipasi terjadinya bencana alam atau keadaan bahaya yang terjadi. Mengingat negara indonesia adalah negara yang rawan bencana. Selain itu, simulasi ini juga merupakan salah satu upaya mengurangi resiko dari situasi yang mencekam dan mengerikan.
Bekerjasama dengan PMI kota surakarta, simulasi ini diikuti oleh seluruh siswa-siswi MI Ta’mirul Islam Surakarta mulai kelas 1 sampai 6 dan semua guru.
“Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan anak anak tentang cara yang baik menghadapi musibah sejak dini. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan kami dapat siap dan siaga jika sewaktu-waktu terjadi keadaan darurat seperti gempa,” ujar Erma Yohansyah, Kepala MI Ta’mirul Islam Surakarta
Erma menambahkan bahwa antisipasi perlu dilakukan mengingat sekolah adalah objek vital karena terdapat banyak anak-anak yang selalu dijaaga keselamatannya. (rma/bd)