KOTA PEKALONGAN (Humas) — Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas memberikan pesan khusus kepada pengurus Gerakan Pemuda Ansor. Pesan ini disampaikan pada Malam Tasyakuran 78 Tahun HUT Kemerdekaan RI dan Harlah 89 Tahun Gerakan Pemuda Ansor.
Acara berlangsung di Kantor Pusat GP Ansor, Jakarta. Selain jajaran pengurus pusat GP Ansor, hadir sejumlah perwakilan organisasi kepemudaan, antara lain: Ketua Umum KNPI, Ketua Pemuda Katolik, dan Ketua Pemuda Kristen.
“Jaga Keadaban. Jangan pernah bergeser!,” demikian pesan yang disampaikan Menag Yaqut yang juga Ketua Umum GP Ansor di Jakarta, Kamis (18/8/2023) malam.
Pesan ini disampaikan Menag merespons pernyataan Presiden Joko Widodo saat menyampaikan pidato pada Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR dan DPD di Gedung DPR Senayan, 16 Agustus 2023. Menurut Gus Men, panggilan akrab Menag, Presiden menyampaikan kegelisahan karena semakin banyak warga bangsa yang kehilangan keadaban.
“Presiden, orang nomor satu di Republik ini, ditololkan seseorang, di bilang Fir’aun sama yang lain, diledek plonga plongo dan sebagainya. Ini menunjukkan keadaban kita mulai mengendur,” tegas Menag.
“Saya minta Ansor jadi pelopor membangkitkan kembali keadaban yang dimiliki bangsa ini,” lanjutnya.
Tasyakuran ini digelar secara hybrid, yakni daring dan luring, serta diikuti kader dari berbagai daerah di Indonesia dan luar negeri. Menag meminta seluruh kader GP Ansor berada pada garda terdepan dalam ikut menjaga keadaban bangsa.
“Kalau ada yang masih berlaku nir adab, tidak ada pilihan, harus kita lawan,” jelasnya.
Sikap tegas ini, kata Gus Men, diperlukan, apalagi Indonesia akan menghadapi tahun politik. Tahun depan, Indonesia akan mengalami konstraksi politik yang cukup menantang. Sehingga potensi munculnya tindakan nir adab bisa jadi akan semakin menguat.
“Saya minta kader Ansor dan Banser untuk bersiap menghadapi mereka, menghadapi orang yang tidak memiliki adab,” pesannya.
“Kita dididik dan dikader dengan nilai keadaban yang harus dijaga. Tidak boleh kita kehilangan keadaban gara-gara tarik menarik politik yang kita tidak tahu ujung pangkalnya akan ke mana,” sambungnya.
Pesan kedua yang disampaikan Menag berkenaan dengan perilaku diskriminatif. Menag mengingatkan jajaraannya untuk menghargai keragamaan. Menurutnya, Indonesia adalah sebuah tata negara yang di dalamnya mengandung takdir keragaman dan kebhinekaan. Takdir keragaman dan kebhinekaan ini tidak boleh diseragamkan.
“Kita harus mengakui Indonesia berdiri dan merdeka karena perjuangan semua kelompok. Bukan hanya kelompok muslim saja, bukan Ansor Banser saja,” sebutnya.
Ansor dan Banser, kata Menag, memang punya sejarah panjang dalam kemerdekaan negeri ini. Sebab, Ansor lahir sebelum Indonesia lahir. Anggota Ansor dan Banser pasti ikut berjuang dalam setiap episode sejarah Indonesia, mulai dari perjuangan kemerdekaan, menghadapi pemberontakan PKI, hingga terlibat dalam era reformasi.
“Kader-kader Ansor Banser pasti terlibat. Tetapi di saat yang sama kita harus ingat bahwa bukan kita saja yang terlibat di dalamnya. Bukan hanya umat Islam saja yang berjuang untuk kemerdekaan negeri ini. Umat Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, Khonghucu dan bahkan agama-agama lokal yang ada di negara ini juga terlibat dalam perjuangan memerdekaan negeri ini,” papar Gus Men.
“Ketika kita merasa sebagai kader Ansor dan Banser, di saat yang sama kita juga harus memberikan penghargaan kepada saudara kita yang berbeda keyakinan. Jadi kita harus hargai itu karena inilah kekuatan Indonesia. Jangan bertindak diskriminatif. Jangan mendiskriminasi mereka yang tidak sama pandangannya, pendapatnya, keyakinannya dengan kita. Ini tidak boleh. Kader Ansor dan Banser dididik untuk berfikir, berkata, dan bertindak inklusif, terbuka untuk setiap perbedaan,” tandasnya.(Moh Khoeron/fzn/bd)