Surakarta – Sukses dengan even peringatan Tahun Baru 1 Muharram 1440 H di Jalan Sudirman, Sabtu (15/9) kemarin, rasanya masih terngiang di telinga masyarakat Kota Solo.Begitu juga keinginan Pemkot Surakarta untuk menjadikan Kota Solo sebagai kota Sholawat tidak bisa dibendung.
Berbagai even dengan nuansa islami digelar, dan memperoleh sambutan yang hangat dari masyarakat sekitar.Tengara itu kian gamblang ketika Wakil Walikota Achmad Purnomo memberikan sambutannya.
“Semoga Sholawat ini bisa menjadikan Solo damai, tentram dan penuh berkah. Acara ini sekaligus mengukuhkan Kota Solo sebagai kota Sholawat,” kata Purnomo.
Lalu berhasilkah Pemkot Solo mewujudkan cita-citanya itu ?. Ternyata keinginan Pemkot Surakarta tidak hanya menjadikan Kota Solo sebagai Kota Sholawat saja. Akan tetapi, juga mengincar predikat sebagai Kota Wisata Religi.
Hal ini terungkap saat mewawancarai Kasi Bimas Islam dari Kemenag Surakarta, HM.Nasiruddin, Senin (17/9) siang di ruang kerjanya.
“Bahwa keinginan Pemkot Surakarta tidak hanya akan menjadikan Kota Solo sebagai Kota Sholawat saja, tetapi juga sebagai Kota Wisata religi,” ungkap Nasiruddin
Argumen untuk memperoleh predikat itu, menurut Nasiruddin karena Kota Surakarta memiliki banyak faktor pendukung.
Setidaknya ada empat faktor pendukung yang dimiliki Kota Solo untuk bisa meraih predikat baru sebagai Kota Selawat dan Kota Wisata Religi. Pertama, adanya keraton kasunanan yang masih eksis, Keraton Surakarta. Sampai sekarang masih banyak dikunjungi wisatawan, baik wisatawan lokal maupun dari mancanegara.
“Kedua, lima masjid bersejarah dan masuk cagar budaya yang masih berdiri kokoh dan tersebar di tengah kota, Masjid-masjid itu adalah Masjid Agung (Utara Pasar Klewer), Masjid al Whustho (Mangkunegaran), Masjid al Fatih (Kepatihan), Masjid Laweyan, dan masjid Tegalsari”, jelas Nasiruddin.
Ketiga, memiliki even tahunan dalam rangka Haul Habib Ali bin Muhammad Al Habsyi, Habib Alwi bin Ali Al Habshy dan Habib Anis bin Alwi Al Habshy. Even ini laksana magnet yang bisa mendatangkan puluhan ribu tamu dari seluruh nusantara, bahkan dari mancanegara.
Dampaknya, perekonomian kota Solo akan menggeliat, mulai dari pedagang kaki lima hingga supermarket, dan berbagai penginapan, losmen hingga hotel.
“Keempat, adanya kesungguhan dari Pemkot Surakarta yang ingin menjadikan Surakarta sebagai Kota Sholawat dan Kota Wisata Religi”, papar Nasiruddin.
Wujud kongkretnya diadakan lomba hadrah mulai dari tingkat kecamatan sampai pada tingkat kota, oleh pemkot setiap tahunnya. Ditambah lagi, hajatan dari warga yang nyaris tidak pernah sepi dari suara rebana, saban harinya. Termasuk peringatan Tahun Baru Islam yang sudah dibukukan dalam kalender even Kota Solo. (rma/bd)