Mungkid – Tim Hisab Rukyat (THR) Kantor Kemenag Kab. Magelang belajar rukyatul hilal pada Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Ilmu Falak Rukyatul Hilal Indonesia (LP2IF RHI) di Yogyakarta, Sabtu (17/02). Anggota Tim yang berkempatan hadir adalah Fathurrohim (Kepala KUA Kec. Tempuran), dan Muhammad Hakim (Kepala KUA Kec. Borobudur).
Melalui media sosial, Rabu, (21/02), Fathurrohim menyampaikan bahwa hisab dan rukyat terkait erat dengan penentuan awal bulan Hijriyah.
“Kita sering mendengar istilah hisab dan rukyat. Keduanya terkait erat dengan penentuan awal bulan Hijriyah. Hisab itu sendiri berasal dari bahasa Arab yakni “hasaba” yang berarti menghitung. Secara etimologi hisab adalah ilmu hitung posisi benda-benda langit,” kata Fathurrohim.
“Posisi benda langit yang dimaksud adalah peredaran bulan, bumi dan matahari. Sedangkan rukyah berasal dari kata “ra’a” yang berarti melihat. Kemudian menurut istilah rukyah adalah upaya melihat hilal dengan mata telanjang atau dengan peralatan modern pada saat matahari terbenam setelah ijtimak,” lanjutnya.
Menurut Fathurrohim, kegiatan rukyatul hilal tidak bisa dilaksanakan oleh sembarang orang karena membutuhkan pengetahuan secara teoritis dan mempunyai keahlian khusus.
“Pada praktiknya kegiatan rukyatul hilal bisa dilaksanakan dengan pengetahuan secara teoritis, namun harus pula berbekal keahlian khusus. Oleh karena itu Tim Hisab Rukyat (THR) Kankemenag Kab. Magelang bermaksud belajar kepada ahlinya,” katanya.
Tim THR Kankemenag Kab. Magelang, secara khusus belajar rukyatul hilal kepada Bapak Mutoha Arkanuddin, tokoh nasional di bidang Rukyatul Hilal yang merupakan Direktur LP2IF RHI sekaligus pendiri Jogja Astro Club (JAC).
“Dipilihnya hari Sabtu kemarin dengan pertimbangan bahwa pada hari itu saat matahari terbenam ketinggian hilal sudah cukup tinggi yakni lebih dari 15 derajat di atas ufuk. Ketinggian hilal seperti itu dinilai ideal untuk bisa diamati sehingga memudahkan untuk dipelajari. Tempat praktek di lantai empat Kantor LP2IF RHI yang beralamat di Jl. Gejayan Soropadan CC XII / 4 Yogyakarta,” papar Fathurrohim.
Fathurrohim menyampaikan bahwa belajar teknis rukyatul hilal tidak cukup hanya dalam sehari. Tim merencanakan akan mengagendakan secara rutin untuk meningkatkan kompetensi bidang rukyatul hilal.
“Pada kegiatan pertama ini, Tim baru belajar bagaimana menyiapkan peralatan atau sarana prasarana rukyatul hilal dengan benar, dari menyiapkan hasil perhitungan (hisab), menyeting alat dan membuat garis perkiraan lintasan matahari dan bulan,” katanya.
“Untuk meningkatkan kompetensi, Tim akan mengagendakan secara rutin,” tegasnya. (fat/am/bd)