Ungaran – Pembelajaran dengan pendekatan Multiple Intelligences Research atau disingkat MIR adalah salah satu model pembelajaran yang mengedepankan kecerdesan personal yang beragam dan berbeda antara satu dengan yang lain.
Manfaat pendekatan MIR dintaranya, menyadarkan guru bahwa masing-masing anak memiliki kecenderungan kecerdasan. Bakat dan minat anak lebih mudah untuk dikembangkan dan guru juga lebih mudah menerapkan gaya pembelajaran sesuai gaya anak yang lebih kreatif dan inovatif. Satu yang berbeda disisni, uji praktik menjadi salah satu performance yang ditampilkan.
Demikian Nur Solichah selaku pengawas PAI Kemenag menerangkan sekelumit uji praktik terpadu berbasis MIR kepada guru PAI di SMA Islam Plus Bina Insani Susukan, Sabtu, (5/3).
“Akan sangat menyenangkan bila uji praktik di akhir pembelajaran dikemas secara kolaboratif. Sebab, semua mata pelajaran bisa diujikan dengan performance yang langsung bisa dinilai oleh guru penguji,” kata Nur Solichah.
Nur Solichah menambahkan, beberapa contoh kegiatan yang bisa dijadikan bahan praktik MIR diantaranya konsep walimatul ursy. Kenapa konsep pernikahan, karena dalam kegiatan tersebut, ada beberapa pembagian tugas yang harus dilaksanakan mulai dari tugas selaku pembawa acara, qori’, penghulu, mempelai, wali, saksi, petugas khutbah nikah, penceramah juga group pengisi hiburan.
“Banyak hal semestinya yang bisa diparktikkan. Semisal penilain seni budaya dan kewirausahaan, ditampilkan kreatifitas berupa undangan dan souvenir. Untuk bahasa Indonesia, Jawa dan Inggris, dinilai dari pidato dan prakti menjadi pembawa acara. Sedangkan untuk mapel PAI, bisa dinilai dari praktik pembacaan ayat suci Al Qur’an, praktik khutbah, dakwah, tata cara pernikahan dan lainnya,” pungkasnya.(ns-shl/Sua)