Banjarnegara – “Pemerintah Provinsi Jawa Tengah telah memperhatikan para ustadz-ustadzah di Jawa Tengah, sebagai buktinya dengan pemberian insentif kepada 1806 penerima. Hal ini perlu di syukuri,” ucap Nur Abadi, Kabid PD-Pontren Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jateng.
Demikian disampaikan, saat acara Silaturohmi Gubernur Jawa Tengah dengan ustadz dan Ustadzah Kabupaten Banjarnegara bertempat di Pondok Pesantren Al Fatah-Parakancanggah Banjarnegara. Kegiatan dihadiri secara pribadi Gubernur Jawa Tengah, Wakil Gubernur Jawa Tengah, dan Bupati Banjarnegara , Kabid PD Pontren Kanwil Kemenag Provinsi Jateng, Kakankemenag Kabupaten Banjarnegara, dan Forkompinda Rabu ini (10/04).
Nur Abadi berpesan, setelah menerima buku rekening dari Bank BPD Syariah Jateng untuk mengecak nama yang berada di rekening. “Jika tidak sesuai maka untuk bisa melaporkan ke Kantor Kementerian Agama Kabupaten Banjarnegara, yang selanjutnya di rekap dan laporkan ke Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah untuk di tindak lanjuti kepada Bank Mitra,” pesannya.
Pendataan penerima dilakukan Pemprov Jateng bekerja sama dengan Kanwil Kemenag Provinsi Jateng melalui data EMIS terdata dan terverifikasi 171.131 ustadz-ustadzah, dari data tersebut 1806 orang berasal dari Banjarnegara. Pemberian buku rekening diberikan secara simbolis saat kegiatan, adapun buku rekening lainnya diterimakan jumat ini dibantu KUA Kecamatan dan para penyuluh agama, lanjutnya.
Sesuai dengan program pemerintahan, setelah pembangunan Infrastruktur maka dilanjutkan pembangunan SDM salah satunya dengan pemberian bantuan insentif bagi pada pendidik agama. “Program ini termasuk program Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang masuk dalam DIPA berupa pemberian insentif pendidik agama pada lembaga non formal yakni Madrasah Diniyah dan Pondok Pesantren, “ucap Ganjar Pranowo.
Ucapan terima kasih kepada ustadz dan ustadzah yang ikhlas membimbing anak-anak sejak dini dengan pembekalan ilmu agama, pendidikan akhlak dan pembentukan moral berdasar agama. Keterbatasan kemampuan dalam hal pendidikan agama Islam, keterbatasan waktu, menjadikan para orang tua menitipkan putra-putrinya untuk belajar di Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah. Para ustadz dan ustadzah menjadi perpanjangan tangan dalam membangun karakter generasi penerus bangsa dengan bekal dan benteng yang tepat, tandasnya.
“Insentif yang diberikan mungkin jumlahnya belum seberapa. Semoga semakin tahun bisa meningkat dan juga mendapatkan dukungan anggaran juga dari pemerintah daerah kabupaten sebagai upaya peningkatan kesejahteraan para pendidik agama tersebut, ” kata Gubernur.
Perkembangan teknologi menuntut pendidik mengajari dengan cara tepat dan benar dengan harapan generasi muda tetap bisa mengikuti cepatnya perubahan zaman dengan tetap memiliki benteng agama. Kesalahan mendidik bisa menjadi kerusakan dan masalah di masyarakat, “Permainan/ games yang memiliki bentuk kekerasan dan kebrutalan juga perlu dihindari, karena merusak moral, mental anak pada kehidupan nyata,” pesannya.
Wawasan Ideologi perlu ditanamkan sesuai dengan cita-cita dan tujuan para pendiri bangsa, agar tidak terkena ideologi asing yang tidak tepat dan merusak. Melalui pendidikan agama anak-anak fokus pada kegiatan positif dan terhindar dari mis-informasi seperti pornografi. Antisipasi perkembangan dan tingkah laku yang benar di mulai dari diri sendiri, yang juga dicontohkan oleh para pendidik, lanjutnya.
Wakil Gubernur, Gus Yasin juga ikut menyampaikan pesan terkait maraknya perilaku hoaks, ujaran kebencian dan adu domba antar ulama. Setiap orang boleh berbeda pilihan, berbeda keyakinan, namun perlu di pahami bahwa bangsa Indonesia memiliki idelogi persatuan yakni Pancasila. “Jadikan perbedaan sebagai sebuah rahmat, tetap miliki keinginan dalam perbedaan untuk tetap membangun perdamaian dan persatuan,” pesannya. (Nangim/rf)