Wahid Arabani: SDM Banyak, Tetapi Terkendala Karya Ilmiah. Maka Kita Perlu Wadah

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Semarang –  Diterima Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil Kemenag Jawa Tengah, Wahid Arbani, Kamis, 4 Agustus 2022, di Ruang Tamu Pimpinan. Rombongan dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang dipimpin Abdul Wahab mengadakan audiensi.

Untuk memacu seluruh ASN dalam peningkatan kompetensi, maka Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah mengandeng BRIN untuk membuat rumah besar Jurnal.

Abdul Wahab dari BRIN menyampaikan bahwa Balai Diklat sebagai wadah yang outputnya sudah jelas. “Kita perlu sekali program seperti ini, tinggal bentuk real seperti apa. Kita punya SDM yang banyak, tetapi terkendala karya ilmiah. Bagaimana kita bisa menyelesaikan ini?” ucapnya.

Penyusun Bahan Pembinaan SDM Kepenghuluan Bidang Urusan Agama Islam Kanwil Kemenag Prov. Jateng, Rohmad, menyampaikan bahwa (Asosiasi Penghulu Republik Indonesia) APRI banyak yang tertarik, tetapi cara penulisan secara ilmiahnya kurang mengerti, dan lagi  cara memasukannya ke Jurnal terakreditasi belum paham.

“Kita sudah identifikasi masalah, terjadinya kendala proses kenaikan jabatan di jabatan fungsional Kemenag Prov. Jateng. Setelah ketemu seperti ini kita kasih solusi,” jelas Wahid Arbani.

“Padahal kita sudah punya jurnal PAI dan Dhabit,” lanjutnya.

“Sudah dipetakan potensi dan kendala yang bisa dilakukan bersama. Di litbang dulu kita bisa dibuatkan SK dengan minimal editor dan reviewer, bagaimana kita di sini..?” tanya Joko, tim dari BRIN.

“Untuk hal-hal yang urgent, teknisnya nanti didiskusikan APRI dengan BRIN,” ucap Wahid Arbani

Karena ada 19 ribu guru, maka rencana akan dibuat dalam triwulan untuk sitasi oleh penulis lain. Kabag TU juga mengajak APRI yang sudah berjalan kuat untuk mengawali Rumah Jurnal ini. Karena jumlah penghulu Jawa Tengah sekitar 850 orang.

“Kita uji coba satu titik, baru pengembangannya nanti di rumah besarnya. Dengan membangun sistem aplikasi untuk jabatan dibawah madya,” lanjutnya.

“Kaya tulis ilmiah itu tidak perlu diklat dengan banyak orang. Itu tidak efektif, tetapi lebih kepada pendampingan 5 orang atau hanya beberapa orang, dan itu lebih efektif dengan teknis bimbingan ilmiah,” jelas Wahab.

“Kita juga lagi menyusun ensiklopedia ponpes modern, kalau kita bisa join sama Kanwil Jateng tentu bisa kita rumuskan apa dan bagaimana kerjasamanya nanti,” lanjutnya.(Sua/Rf)