Meriahkan 162 Tahun Cilacap, MAN 3 Berikan Hiburan Rakyat Geratis

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Cilacap – Masih dalam rangkaian kegiatan menyambut Hari Jadi Kabupaten Cilacap ke-162, MAN 3 Cilacap memberikan hiburan rakyat geratis. Hal ini sebagai bagian dari strategi untuk meningkatkan gaung madrasah di masyarakat. MAN 3 Cilacap mengemas seni Kentongan menjadi totonan yang menarik. Seni tradisional ini merupakan kearifan lokal yang memiliki potensi baik sebagai media sosialisasi.

Sesuai ranah pendidikannya, seni kentongan tersebut diberi nama Shoutul Fata. Nama besar grup seni thek-thek ini sudah tidak asing bagi masyarakat Kecamatan Kroya. Ketenaran didadapatkan setelah kelompok seni anak muda kreatif MAN 3 Cilacap tampil di berbagai even publik.

Salah satunya, grup yang telah turun temurun dari beberapa generasi tampil di ajang Kroya Fair baru-baru ini. Even akbar tersebut merupakan momen yang paling ditunggu-tunggu oleh masyarakat sekitar. Sehingga penampilan grup Thek-thek Shoutul Fata menjadi bagian hiburan tersendiri yang mampu membuat masyarakat merasa ceria.

Kepala MAN 3 Cilacap, Muhadin mengatakan bahwa pihaknya sengaja memilih seni kentongan sebagai icon agar dapat memberikan kesan tersendiri. Madrasah yang biasanya identik dengan seni hadroh dipoles dengan seni kentongan bernafaskan Islam.  Teknis merupakan cara penggabungan dengan aktualisasi nilai-nilai melalui kebudayaan daerah. Menggunakan kearifan lokal diyakini dapat menjadikan tempat khusus di hati para penikmatnya.

“Dengan menggabungkan antara seni tradisional dengan nasid atau sholawatan pada seni kentongan, diharapkan madrasah semakin dekat di hati masyarakat. Teknis ini sebagai bagian dari kegiatan syiar madrasah agar masyarakat beramai-ramai menyekolahkan putra-putrinya ke madrasah. Maka akan terasa aneh jika masyarakat memilih sekolah sebagai tujuan utama. Karena madrasah lahir dari, oleh dan untuk masyarakat,”Ungkapnya.

Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Cilacap secara terpisah ikut merasa bangga atas kiprah para siswa madrasah. Menurutnya, agama Islam sejak pertama kasli datang ke Indonesia tidak pernah bertentangan. Salah satu buktinya bisa diwujudkan dalam bentuk seni. Dimana irama yang dihasilkan tetap tradisional namun dengan isi syair yang selalu bernafaskan Islam.(Har/bd)