Gus Shoim: Takbir Hendaknya Tidak Berhenti Di Mulut Saja

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Cilacap – Kalimat takbir yang menggema dari petang hingga pagi hari selama tiga hari berturut-turut hendaknya tidak berhenti di mulut saja. Takbir diusahakan meresap ke dalam hati untuk kemudian dapat menjiwai setiap langkah dan tindakan. Dengan hati yang selalu bertakbir maka tidak ada kesempatan bagi rasa sombong, menang sendiri, paling benar sendiri. Yang ada hanyalah rasa rendah diri dan saling menghormati serta memahami satu sama lainnya. Sehingga akan tercipta kondisi masyarakat yang aman, nyaman dan penuh damai.

Pernyataan tersebut dilontarkan KH Ahmad Shoim, Lc, MH, Rabu (22/8) pada khutbah Idul Adha 1439 H di Alun-alun Kabupaten Cilacap. Menurutnya, takbir yang meresap ke dalam jiwa dan diimplementasikan dalam hidup sehari-hari, merupakan nilai riil yang hendaknya bisa dicapai oleh setiap umat Islam. Hal ini mengingat ajaran agama tidak hanya sebatas ritual semata, melainkan harus mengedepankan inti sebagai pribadi yang luhur.

Karenanya, dia mengajak jamaah untuk meneladani apa yang telah dilakukan oleh Nabiyullah Ibrahim as beserta keluarganya. Bagaimana Nabi Ibrahim memperlakukan anak dan isterinya dengan memperhatikan hak-hak mereka. Bapak para Nabi ini sangat mengutamakan musyawarah untuk mufakat guna menjaga keutuhan keluarganya. Sehingga dengan keutuhan keluarga, syaitan dapat terlempar dan tidak berdaya mengganggunya. Keadaan tersebut kemudian disimbolkan pada rangkaian ibadah haji, yakni melempar jumrah.

Pada kesempatan tersebut, khotib yang juga pengasuh pesantren Al Ihyaulumaddin Kesugihan,  mengajak umat Islam mengimplementasikan nilai-nilai berkurban untuk meringankan beban saudara-saudara yang terkena musibah gempa bumi dan kekeringan. Dengan bersatu dan saling bahu-membahu, maka bangsa Indonesia akan terbebas dari fitnah yang dapat memecah belah bangsa. Dengan persatuan, maka penderitaan umat yang mengalami bencana akan berkurang. Karenanya, Idul Kurban kali ini merupakan kesempatan emas bagi siapa saja yang hendak berkurban.

Bupati Cilacap, Tatto Suwarto Pamuji dalam sambutannya mengajak masyarakat untuk lebih mendekat kepada Allah SWT. Makna Idul Kurban tidak hanya menyembelih hewan kurban saja, tetapi juga dapat menyembelih hawa nafsu. Nafsu yang mengajak kepada kedengkian, keserakahan, kesombongan dan angkara murka. Dengan disembelih maka diharapkan akan tumbuh rasa kebersamaan, toleransi dan saling menghormati. Hal tersebut merupakan modal pokok untuk dapat melaksanakan kegiatan pembangunan. Karenanya, pihaknya berterima kasih atas dukungan dan kerja sama masyarakat sehingga pembangunan dapat berjalan lancar.

Sementara itu, Pelaksana tugas Kakankemenag Kabupaten Cilacap yang juga turut berjamaah, Jasmin, mengapresiasi apa yang disampaikan khotib. Selaku penanggung jawab kegiatan, pihaknya berusaha memberikan layanan terbaik untuk masyarakat. Salah satu poin utamanya adalah dengan memilih khotib dalam shalat Idul Adha. Hal ini mengingat akhir-akhir ini sangat rawan isu-isu yang tidak bertanggung jawab. Karenanya, pihaknya harus memilih figur yang betul-betul dapat memberikan pencerahan kepada publik.(On/bd)