Imam Tobroni: Harta Bukan Ukuran Keluarga Sakinah

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Cilacap – Sudah menjadi pandangan yang secara umum keliru bahwa, ukuran kebahagiaan hidup dinilai dari banyaknya harta yang dimiliki seseorang. Padahal kebahagiaan diperoleh ketika seseorang mampu mensyukuri segala nikmat yang ia terima. Menjalani kehidupan berkeluarga merupakan hal yang sangat kompleks, sehingga akan sangat sempit jika kebahagiaan terletak pada harta kekayaan.

Pernyataan tersebut dilontarkan Pelaksana tugas Kakankemenag Kab. Cilacap, Imam Tobroni, Jum’at (16/11) saat memberikan sambutan pada pembukaan acara Bimbingan Perkawinan (Bimwin), bagi remaja usia pra nikah di Aula Kampus UNUGHA/IAIIG Kesugihan Cilacap.

Menurutnya, untuk membangun sebuah keluarga sakinah mawaddah dan warahmah (samawa), diperlukan pengetahuan yang luas terkait makna hidup. Inti dari hidup adalah beribadah kepada Sang Khalik. Seluruh aktifitas manusia akan bernilai ibadah jika didasarkan pada tugas manusia sebagai hamba Allah. Begitu pula dengan membangun kehidupan keluarga harus betul-betul murni untuk memperoleh ridla Allah.

“Agar mampu membangun keluarga yang samawa, seseorang harus memiliki hal dasar yang paling mendasar, yakni makna dan tujuan hidup. Jika sudah mengetahui makna dan tujuan hidup, kemudian diperlukan metode atau pendekatan yang digunakan untuk mencapai tujuan hidup tersebut. Melalui Bimwin diperkenalkan berbagai masalah dan cara pengelolaannya. Sehingga bilamana muncul konflik, pasangan suami isteri (pasutri) akan mampu mengelola dengan baik. Maka apapun yang akan dihadapinya nanti bersama pasangan sudah saling mengerti teknis maupun metode yang digunakan,”Ungkapnya.

Lebih lanjut dikemukakan, kalau materi yang dijadikan patokan, maka para selebritis tidak akan mudah kawin kemudian cerai begitu saja. Harta kekayaan sangat melimpah, kecantikan dan ketampanannya sangat mengagumkan, ternyata kehidupan mereka tidak bahagia. Hal tersebut dibuktikan dengan seringnya mereka kawin kemudia cerai.

Keluarga yang samawa bukan berarti tanpa masalah ataupun konflik. Keluarga samawa adalah mereka yang mampu mengelola konflik sebagai sarana menuju pendewasaan hidup. Pasangan yang harmonis adalah mereka yang saling memahami kekurangan dan kelebihan masing-masing. Kemudian mereka berusaha untuk saling melengkapi satu sama lain. Sehingga menjadi hubungan fungsional yang sangat kuat untuk membentuk sebuah ketahanan dalam keluarga, pungkasnya. (On/bd)