Kab. Semarang (Humas) – Berusia lebih dari 150 tahun, Kelenteng Hok Tik Bio terus melestarikan olahraga wushu dan kesenian barongsai. Selama 5 generasi, turun temurun, keberadaan Kelenteng ini sudah menyatu dengan masyarakat lokal yang plural agamanya. Di salah satu ruangan dalam area Kelenteng, dipergunakan untuk berlatih wushu. Sedangkan latihan barongsai dilaksanakan di halaman luar klenteng.
Selain itu, fenomena menarik lainnya ialah tidak semua murid yang berlatih memeluk agama Khonghucu. Pembina Yayasan Rumah Ibadah Hok Tik Bio Ambarawa Liem Ping An menjelaskan bahwa mayoritas murid yang berlatih memeluk agama Islam, sebagian beragama nasrani.
“Total ada 50an murid yang berlatih wushu dan 20an murid yang berlatih barongsai. Seluruhnya berdinamika bersama, berlatih bersama, tidak membeda-bedakan ataupun terdapat syarat khusus ketika ingin join berlatih wushu ataupun barongsai. Toleransi kita junjung tinggi,” tutur Liem Ping An.
Ari Sugiyono, pelatih barongsai yang juga merupakan seorang muslim. Ia dulunya adalah atlet wushu dan kini mendedikasikan diri untuk melatih generasi selanjutnya di kesenian barongsai.
“Pada dasarnya semua agama dapat bergabung dan berlatih di Klenteng Hok Tik Bio, kita tekankan toleransi antar umat beragama. Tujuannya sehat bersama dan berprestasi, darah seni mengalir dijiwa para pemain. Jadi bukan hanya hobi tapi kecintaan pada barongsai,” tutur Ari.
Praktik toleransi yang sangat luarbiasa ini akan dibingkai dalam GASPOLL (Gerakan Silaturahmi Peduli Toleransi dan Lingkungan) milik Kanwil Kemenag Jawa Tengah. Silaturahmi kali ini diakhiri dengan menanam bibit tabebuya dan jambu biji bersama, Rabu (26/3/2025). Mewakili Kakanwil Saiful Mujab, Ketua Tim Kerja Kerukunan Umat Beragama (KUB) Zaimatul Cassanah menyerahkan bibit tanaman kepada Liem Ping An. (PS/BEL)
