Rembang — Bupati Rembang, Abdul Hafidz menerima kunjungan Tim Ekspedisi Islam Nusantara dari PBNU Pusat yang tiba di rumah dinas wakil Bupati, Kamis malam (08/04). Tim ekspedisi ini dipimpin oleh Wakil Sekjen PBNU, Imam Pituduh.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Rembang, Atho’illah juga turut hadir menerima kunjungan. Ekspedisi ini akan dilakukan di seluruh wilayah Indonesia dari Aceh hingga Papua. Rembang merupakan salah satu tempat tujuan ekspedisi di Pulau Jawa.
Dalam kunjungannya semalam, Imam mengatakan, salah satu tujuan ekspedisi ini adalah untuk meneliti tempat-tempat bersejarah pra kemerdekaan Indonesia. Kabupaten Rembang sebagai tempat tujuan ekspedisi merupakan daerah yang memiliki peran dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa.
Menurut Imam, sejarah bangsa Indonesia banyak yang telah dipelintir oleh penjajah, sehingga menafikan peran umat Islam, utamanya nahdliyyin dalam upaya mempersatukan nusantara dalam wadah NKRI. Hal inilah yang perlu diteliti kembali dan diluruskan kepada masyarakat luas mengenai sejarah yang sebenarnya.
Sementara pada Jum’at pagi (08/04) diadakan dialog Lintas Iman, Deradikalisasi, dan Anti Narkoba di halaman Rumah Dinas Bupati. Acara ini menghadirkan narasumber Wakil Ketua Tanfidziyah PCNU Rembang H Adib Bisri Hattani dan Zainuddin Ja’far dari MUI Kabupaten Rembang.
Adapun peserta berasal dari PCNU Rembang dan PCNU Lasem, serta tokoh agama Kristen, Katholik, Hindu, Buddha, dan Konghucu.
Dalam paparannya, Gus Adib yang merupakan keponakan KH A. Musthofa Bisri ini mengatakan, Walisongo mempunyai peran yang penting dalam membentuk karakter masyarakat Indonesia yang Islam, tanpa meninggalkan ke-Indonesia-annya.
“Walisongo merupakan pembaharu (mujaddid) karakter masyarakat Indonesia. Dulu pada zaman Majapahit, budaya atau perilaku masyarakat begitu rusak. Sebagai contoh, ketika akan melakukan ritual ibadah, maka pada malam harinya mereka melakukan budaya Molimo. Perilaku inilah yang sedikit demi sedikit dihilangkan oleh walisongo,” papar Adib.
Sementara Zainuddin menyinggung tentang gerakan radikalisme yang dimotori oleh pihak-pihak yang ingin memecah belah NKRI. Menurutnya, jika kita semua konsisten dengan NKRI, maka tidak akan muncul gerakan-gerakan tersebut.
“Kita jangan mengganggap radikalisme itu sesuatu yang biasa. Dan yang sudah terjebak dengan gerakan ini harus kita sadarkan. Yang digembar-gemborkan oleh gerakan radikal ini Indonesia adalah bukan negara Islam. Harus diberikan pencerahan bahwa NKRI itu sudah final, dan Pancasila melindungi semua agama,” tandas Zainuddin.—(Shofatus Shodiqoh/gt)