Semarang, 2 Maret 2017 (Bimas Katolik) –Judul berita di atas adalah salah satu ungkapan Suhersi selaku Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil Kemenag Prov Jateng ketika menyajikan materi “Penguatan Tenaga Kehumasan Sebagai Agen Publikasi” dalam Workshop Jurnalisitik Kehumasan. Ungkapan di atas ingin mengatakan bahwa Tenaga Kehumasan merupakan bagian penting dan tak terpisahkan dari tugas pelayanan dan fungsi Bagian Tata Usaha Kanwil Kemenag Prov Jateng untuk mendekatkan atau sebaliknya malah menjauhkan antara pemerintah dengan masyarakat.
Workshop ini dilaksanakan oleh Sub Bagian Informasi dan Humas dari tanggal 1 s.d. 3 Maret 2017 di Grasia Hotel and Convention Hall Semarang diikuti utusan dari Kantor Kemenag Kab/Kota Se Jateng. Kegiatan ini adalah merupakan bentuk keprihatinan Farhani selaku Ka Kanwil ketika melihat Jateng menempati posisi ke-28 dalam pemuatan berita di Website Kemenag.
Suhersi juga menyampaikan bahwa idealnya seorang tenaga kehumasan/penulis berita adalah seorang yang khusus menangani hal ini dan tidak dibebani dengan tugas-tugas lainnya. Dengan demikian, maka peran kehumasan dalam upaya untuk membangun citra Kementerian Agama dapat tercapai dengan maksimal.
Dalam rangka meningkatkan peran dan citra Aparatur Sipil Negara memang diperlukan usaha dan upaya yang inovatif, inklusif dan transformatif agar aparatur Kemenag semakin baik dalam meraih pelayanan prima kepada masyarakat.
Peran Kemenag sebagai Lembaga Pemerintah oleh Suhersi dianggap sebagai lembaga yang sangat strategis dalam rangka memperkokoh kesatuan NKRI dengan keanekaragaman suku, agama, ras, budaya dan tradisi. Meskipun ada keprihatinan dari pernyataan ini, dimana Aparatur Kemenag kadang tidak seimbang antara iman dan perbuatan. “Tindakan yang kita imani dan pahami kadang menentukan perilaku seseorang”, demikian Suhersi memberikan semangat pada peserta workshop.
Dengan demikian, menguasai TIK adalah merupakan kebutuhan yang harus dimiliki para Tenaga Kehumasan dalam rangka Revolusi Teknologi Informasi agar beritanya memuaskan konsumsi publik secara demokratis.
Mengakhiri penyampaian materi, Suhersi memberikan harapan dan semangat kepada peserta supaya tetap optimis dan tidak pesimis agar beritanya menarik dan memuaskan kerinduan masyarakat terhadap informasi tentang Kementerian Agama.
Usaha tersebut di atas hanya dapat dilakukan dengan cara latihan terus menerus menulis berita dengan meninggalkan peran pasif reaktif menjadi proaktif, karena Tenaga Kehumasan Pemerintah adalah sebuah profesi meskipun “Profesi adalah pekerjaan, namun tidak semua pekerjaan adalah profesi”, demikian Suhersi menutup materinya. (Herisun)