Mungkid – Guru Agama Katolik harus mewaspadai kondisi demoralisasi di berbagai sektor kehidupan dan ekses negatif pesatnya teknologi informasi. Dua hal ini menjadi tantangan bagi Guru Agama Katolik dalam menyiapkan generasi muda ke depan.
Hal tersebut disampaikan Pembimas Katolik Kanwil Kemenag Prov. Jateng Paulinus Sulardi, pada kegiatan Penguatan Kompetensi Guru Agama Katolik Kabupaten Magelang, di Hotel Trio, Kamis (8/03). Sebanyak 29 Guru Agama Katolik pada SD, SMP, SMA/SMK mengikuti kegiatan tersebut.
Sulardi memaparkan kondisi demoralisasi di bidang pendidikan dapat berupa tawuran antar pelajar, tawuran antar mahasiswa, bullying antar siswa, penganiayaan terhadap guru, penganiayaan terhadap siswa, serta ketidakjujuran dalam Ujian Nasional. Demoralisasi dalam bidang lain seperti kekerasan atas nama agama, narkoba dan minuman keras, pergaulan bebas remaja, serta korupsi-kolusi, dan nepotisme.
"Teknologi disatu sisi bermanfaat dalam memudahkan hubungan/relasi manusia, sumber belajar, dan peluang kerja. Tapi di sisi lain juga menyuburkan sikap individualisme, materialisme, dan hedonisme," ungkap Sulardi.
“Dalam hubungan relasi manusia dengan Tuhan, teknologi telah banyak menyita banyak waktu bermain gadget daripada berdoa,” lanjutnya.
Menghadapi dua tantangan ini, Paulinus Sulardi mengharapkan agar para Guru Agama Katolik dapat memperkuat pendidikan karakter dalam Pendidikan Agama dan Budi Pekerti. Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut. Termasuk dalam ranah pendidikan karakter adalah keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau menyampaikan materi, dan bagaimana guru bertoleransi.
Dalam materinya, Sulardi menjelaskan bahwa hakikat Pendidikan Agama Katolik adalah usaha yang dilakukan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka mengembangkan kemampuan peserta didik untuk memperteguh iman dan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan ajaran agama Katolik, dengan tetap memerhatikan penghormatan terhadap umat agama lain dalam hubungan kerukunan antar umat beragama di tengah masyarakat untuk mewujudkan persatuan nasional.
Pendidikan Karakter dalam lingkup Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti meliputi Peserta didik, Yesus Kristus, Gereja dan Masyarakat.
Pertama, Peserta didik: membahas tentang pemahaman diri sebagai pria dan wanita yang memiliki kemampuan dan keterbatasan, kelebihan dan kekurangan dalam berelasi dengan sesama serta lingkungan sekitarnya.
Kedua, Yesus Kristus: membahas tentang bagaimana meneladani pribadi Yesus Kristus yang mewartakan Allah Bapa dan Kerajaan Allah, sperti yang terungkap dalam Kitab Suci Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru.
Ketiga, Gereja: membahas tentang makna Gereja, bagaimana mewujudkan kehidupan menggereja dalam realitas hidup sehari-hari.
Keempat, Masyarakat: membahas secara mendalam tentang hidup bersama dalam masyarakat sesuai firman/sabda Tuhan, ajaran Yesus dan ajaran Gereja.
Nilai pendidikan karakter diharapkan dapat membekali para peserta didik memiliki kemampuan untuk membangun hidup yang semakin beriman Kristiani. Artinya membangun kesetiaan pada Injil Yesus Kristus, yang memiliki keprihatinan tunggal, yakni Kerajaan Allah. (tika/am/bd)