Wonogiri- Anggota DPR RI Komisi VIII, Hj Endang Maria Astuti menyatakan bahwa gadget sering membuat anak terlena. Di era milenial memang serba mudah dan praktis tetapi di balik itu semua ada ancaman bagi generasi emas kita. Di satu sisi justru yang menghancurkan. Sepintas tidak apa-apa, tidak bermasalah tapi jika banyak fitur-fitur yang merusak, game merusak otak tanpa disadari.
Pernyataan tersebut di lontarkan dalam acara Seminar bertemakan “Children Education in Millenial Era” di Sekolah Tinggi Agama Islam Mulia Astuti (STAIMAS) Wonogiri, Rabu (17/10). Yang di ikuti ratusan guru dan tokoh. Seminar menghadirkan pembicara Director of Development and Education-Paradigm Treatment Centers, Malibu, California, USA, Jonathan M.Sanches, Anggota Komisi VIII DPR RI, Endang Maria Astuti dan Ketua STAIMAS, Bramastia.
Anggota Parlemen dari partai Golkar tersebut mengajak orang tua dan guru sebagai pendidik untuk membentengi anak-anak jangan sampai rusak. Endang menyampaikan pendidikan agama penting sebagai benteng bagi anak-anak.
Sedangkan Pengawas Pendidikan Agama Islam SMP Kankemenag Wonogiri, Ismu Faridah yang hadir dalam acara tersebut, menyatakan tantangan saat ini sangat besar dalam dunia pendidikan anak adanya alat komunikasi yang canggih harus di cermati. Hadirnya gadget membuat anak-anak sekarang senang main HP. Untuk itu penting baik bagi guru dan orangtua untuk memberikan pola asuh yang baik dan benar.
Secara empiris guru agama memegang peranan penting dalam membentuk watak dan sikap serta bisa mengembangkan potensi para anak didik. Oleh karena itu, beliau berharap guru pendidikan agama dapat meningkatkan nilai-nilai agama, khususnya budi pekerti dan karakter kepada anak didiknya. Guru, kata dia, harus bisa menginspirasi anak didiknya sehingga anak-anak memiliki budaya yang bisa bermanfaat untuk masa depan.
Menurut Ismu Faridah, dalam melaksanakan tugas dan fungsinya seorang guru utamanya guru agama harus menerapkan prinsip 5 nilai budaya kerja, yaitu integritas, profesionalitas, inovasi, tanggungjawab dan keteladanan kepada peserta didiknya.
“Guru harus disiplin, tertib, memberikan teladan serta menguasai IT, jangan sampai gaptek. Guru harus pula memiliki kompetensi pedagogik, berkepribadian, berjiwa sosial dan profesional,” tegasnya. (Mursyid_heri/rf)