Cilacap – Terdapat hal yang luar biasa dan baru terjadi selama Ajang Kompetisi Seni dan Olahraga Madrasah (AKSIOMA) madrasah ibtidaiyah (MI) yang digelar di tingkat Kabupaten Cilacap. Yakni, para kontingen, tamu kehormatan dan undangan serta masyarakat sekitar disambut dengan iringan nada gamelan oleh grup seni karawitan Waskito Laras. Grup seni karawitan tersebut berasal dari MI Al Muta’alim Desa Slarang Kecamatan Kesugihan.
Kepala MI Al Muta’alim, Hamim mengatakan bahwa, sebagai peserta sekaligus tuan rumah, pihaknya harus menyambut tamunya dengan baik. Salah satunya melalui sajian pentas seni karawitan yang ditampilkan oleh para siswanya. Sehingga para peserta akan terhibur dan menimbulkan semangat untuk berjuang menggapai prestasi.
“Dengan adanya grup seni karawitan di madrasah diharapkan masyarakat akan semakin tertarik dengan madrasah. Hal ini dibuktikan dengan dukungan secara penuh oleh para orang tua maupun wali siswa. Bahkan, saking senang dan bangganya karena anak-anak mereka mampu memainkan gamelan dan nyinden, para orang tua banyak dan sengaja datang untuk dapat menyaksikan anak-anak mereka tampil di panggung,”Ungkapnya.
Dikatakan lebih lanjut bahwa, sebagai madrasah yang masih baru, MI Al Muta’alim yang dipimpinnya perlu membuat terobosan. Tujuannya adalah untuk meningkatkan daya saing madrasah dengan lembaga pendidikan lain sederajat yang sudah lama berdiri. Dengan melihat potensi kearifan lokal, pihaknya kemudian mengajak kerja sama dengan salah satu seniman jawa di dekat madrasah.
Dengan menggunakan kearifan, pendekatan yang dilakukan disambut baik oleh seorang dalang yang masih cukup muda, namanya Ki Dalang Faisal Malik Wicaksono. Tidak membutuhkan waktu lama, baru sekitar tiga bulan latihan, para siswa yang dilatih langsung oleh Ki Dalang, telah mampu memainkan gamelan dengan baik. Dan untuk dapat tampil pada ajang AKSIOMA tingkat Kabupaten Cilacap, para siswa hanya memerlukan waktu dua minggu, itu pun menurutnya tidak penuh latihannya.
Seni Budaya Sebagai Sarana Dakwah
Sebagai kepala madrasah dan sekaligus pengusaha muda yang cukup berhasil, pihaknya terkenal pandai membaca dan memanfaatkan peluang dan potensi yang ada. Menurutnya, madrasah sebagai lembaga pendidikan yang bercirikan agama, harus mampu mengemas pendidikan sesuai kearifan lokal. Hal ini sebagaimana dicontohkan oleh Wali Songo yang telah terbukti berhasil mengislamkan sebagian besar penduduk Indonesia, khususnya di Jawa menggunakan seni budaya.
Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin tidak akan pernah bertentangan dengan seni dan budaya manapun. Ketika datang, Islam sebagai agama yang baru, harus mampu menyesuaikan dengan seni budaya yang sudah ada sebelumnya. Setelah dikemas sedemikian rupa, seni karwitan menjadi memiliki nilai-nilai filosofi dan pendidikan karakter yang sangat tinggi.
Dengan memanfaatkan seni budaya lokal, madrasah diharapkan akan menjadi idola di hati masyarakat. Di era semakin canggih dan modern, bukan berarti sarana dakwah menggunakan seni gamelan sudah tidak sesuai. Hanya tinggal cara pengemasan dan pendekatan serta teknis penyampaian dan komposisi materi yang harus disesuaikan dengan kondisi masyarakat. Sehingga tujuan seni karawitan sebagai sarana dakwah dapat tercapai, pungkasnya. (On/bd)