Jepara – Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Kabupaten Jepara, menggelar pertemuan lintas agama dengan tema Membangun Solidaritas dan Kerukunan Antar Umat Beragama di Kabupaten Jepara Menjelang Pemilu 2019 yang berlangsung di Ruang Setda II Pemkab Jepara, Sabtu (27/10) malam.
Kegiatan yang dihadiri tokoh lintas agama, ormas keagamaan, panwascam serta organisasi kepemudaan ini menghadirkan beberapa pembicara. Di antaranya Pendeta mewakili lintas agama, Kesbangpol, Kemenag, Bawaslu, dan Majelis Ulama Indonesia (MUI).
Bupati Jepara, H Ahmad Marzuqi mengatakan, masyarakat tidak perlu terusik dan terganggu dengan gangguan-gangguan yang muncul saat ini. Tantangan hari ini adalah keberadaan media sosial yang lebih banyak dominan hal negatif daripada hal positifnya.
“Kedewasaan dalam menyikapi masalah sangatlah diperlukan. Meski saat sekarang ini, banyak oknum yang memancing kegaduhan,” katanya di hadapan ratusan peserta.
Kepala Kementrian Agama Jepara, Nor Rosyid, yang diwakili Hariadi melontarkan pernyataan bahwa umat beragama yang baik selain taat dalam ritual agamanya juga harus saleh sosialnya.
“Keberagaman dalam keyakinan Islam adalah sunnatullah, oleh karenanya harus disyukuri dan dijaga.” ungkapnya.
Kepala Bakesbangpol Jepara Dwi Riyanto mengatakan, pihaknya melihat dominasi agama di wilayah tertentu, seperti katolik yang dominan di Flores, hindu di Bali, Islam di Aceh, dsb. “Yang paling terkesan adalah kesedian untuk melebur pada kesatuan NKRI,” ungkapnya.
Pihaknya melanjutkan, pemerintah perlu memfasilitasi dan mendorong proses yang baik dalam pemilu serta punya peran dan tugas sosialisasi agar pemilu sukses. “Kami berharap apa yang terjadi di pusat tidak terjadi di Jepara. Deklarasi pemilu damai merupakan bentuk harapan bersama agar pemilu benar-benar sejuk dan kondusif,” harap Dwi.
Ketua MUI Jepara Mashudi juga menyampaikan, Pemilu hanyalah sarana bukan tujuan. Makanya pemilu diharapkan bisa menghadirkan pemimpin yang sesuai dengan yang diharapkan.
“Jangan sampai masyarakat tidak peduli dengan kesuksesan pemilu. Posisi tokoh agama dan masyarakat harus berani menjadi panutan dalam kebaikan,” pungkas Mashudi yang juga Ketua FKUB Jepara.
Sementar itu, Pendeta Davit Sriyanti, mewakili lintas agama mengemukakan, pemimpin yang terpilih adalah kewenangan dan otoritas Tuhan yang menentukan, manusia hanyalah ihtiar.
Kepada audiens David memaparkan, negara lain maju karena ada yang ditakuti sehingga berlomba-lomba ingin memenangkan kompetisi. “Negara indonesia tidak maju sebab tidak ada yang ditakuti, bahkan kepada tuhan pun tidak takut,” ujarnya.
Pihaknya kagum dengan sembahyang muslim, “setelah bersyahadat, ia mengucap salam ke kanan dan ke kiri, sebagai isyarat bahwa ia harus membawa keselamatan bagi semua pihak,” tandasnya.
Sebagai penganut agama Kristen, ia menyatakan pimpinan itu ibarat kepala yang harus dihormati sehingga umat kristiani tidak pernah mendemo pemimpinnya. (fm/bd)