Cilacap – Terwujudnya keluarga sakinah mawaddah dan warahmah (Samawa) merupakan dambaan setiap calon pengantin. Tidak hanya mereka yang mau menikah saja, setiap orang tua tidak ada yang ingin anak mereka gagal dalam membangun mahligai rumah tangga.
Sayangnya, hingga saat ini tidak ada lembaga pendidikan umum yang secara khusus memberikan pembekalan tentang hidup berumah tangga. Era modern yang mana orang tua lebih mementingkan karir dari pada mendidik anak, menambah kurangnya bekal pengetahuan calon pengantin. Akibatnya, calon pengantin (catin) tidak memiliki pengetahuan yang cukup untuk mengarungi kehidupan rumah tangga.
Sebagai jawaban sekaligus langkah nyata, Kementerian Agama menggalakkan program Bimbingan Perkawinan (Bimwin) bagi setiap calon pengantin (catin) maupun remaja usia pra-nikah. Tujuannya tidak lain adalah untuk memberikan pengetahuan yang memadai bagi catin. Sehingga setiap catin akan benar-benar siap dengan segala tantangan dan resiko yang akan dihadapi. Mereka diharapkan akan menjadi generasi tangguh dan kuat dalam menjalin hubungan suami isteri.
Hal tersebut disampaikan Pelaksana tugas Kakankemenag Kab Cilacap, Imam Tobroni, saat mengisi kegiatan Bimwin angkatan XIII di Kecamatan Maos baru-baru ini.
“Membangun kehidupan rumah tangga tidaklah mudah, buktinya tidak sedikit yang mengalami kegagalan. Menyatukan dua insan yang berbeda jenis, kemauan, kebiasaan, kemampuan hingga karakter memerlukan pengetahuan khusus tentang ilmu kehidupan. Secara sederhana digambarkan seperti pembalap dengan kendaraannya. Agar si pembalap bisa menungganginya dengan baik dan bisa menjadi pemenang, maka diperlukan ilmu khusus untuk mengenal karakter mesin kendaraan yang digunakannya,” Katanya.
Menurutnya, tidak ada kendaraan yang jelek kalau si pengendara mengetahui benar karakter kendaraan tersebut dan setingannya tepat. Begitu pula dengan pasangan suami isteri, tidak ada perempuan maupun laki-laki yang jelek. Keduanya sama-sama ciptaan Allah SWT, tinggal bagaimana usaha mengenal karakter masing-masing untuk kemudian dijadikan pemahaman bersama.
Setelah saling memahami, maka diperlukan ilmu dan kaidah atau etika berkomunikasi yang baik. Keterbukaan dan komunikasi yang baik sebagai wujud rasa saling percaya dan menerima keadaan masing-masing, merupakan kunci pokok suksesnya perjalanan hidup berkeluarga, pungkasnya. (On/bd)