Kemenagska – Program Ketahanan Keluarga merupakan kerja sama antara Kementerian Agama melalui Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam (Bimas Islam) dengan PBNU yang sudah berjalan di pertengahan tahun 2023. Program tersebut dicanangkan dalam rangka mewujudkan upaya solutif menekan tingginya angka perceraian. Tingginya angka perceraian sudah sangat cukup mencerminkan rendahnya ketahanan keluarga di Indonesia. Itulah yang melatarbelakangi terselenggaranya Rapat Koordinasi Pelibatan Masyarakat pada Program Ketahanan Keluarga pada Selasa (29/08) siang di Syariah Hotel Solo oleh Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah.
Rapat koordinasi yang menghadirkan 2 orang narasumber yakni, Agus Suryo Suripto (Kasubdit Bina Kantor Urusan Agama dan Keluarga Sakinah, Kementerian Agama Republik Indonesia) dan Alissa Qathrunnada Munawwarah Wahid atau lebih dikenal Alissa Wahid, dihadiri oleh sejumlah kurang lebih 95 orang peserta Kasi Bimas Islam dan Ketua GKMNU se-Jawa Tengah. Alissa Wahid yang merupakan seorang psikolog dan diketahui juga merupakan perancang dari program Bina Keluarga Sakinah Kementerian Agama, di bawah arahan Menteri Agama, Yaqut Cholil Qoumas diminta mengembangkan program keluarga sakinah. “Visi Kementerian Agama tahun 2020-2024 adalah Kemenag yang profesional dan handal untuk membangun masyarakat yang cerdas, sholeh, moderat, dan unggul,” ujar Alissa.
Agus Suryo Suripto, yang akarb disapa Suryo membuka rapat koordinasi dan menjelaskan beberapa poin penting sebagai plot twist dari terselenggaranya kegiatan hari ini. Dalam sambutannya menyatakan bahwa, “Kemenag mendapat beban penanganan stunting yang harus dituntaskan melalui tercapainya target 80% Bimwin Catin terlaksana.”
Imbuhnya, “ Namun ada 4 masalah yang jauh lebih besar daripada stunting itu sendiri. 4 masalah tersebut yaitu tingginya angka perceraian, jumlah perkawinan anak di Indonesia yang merupakan tertinggi ke 2 di Asia Tenggara, stunting dan keempat yaitu persoalan keluarga; masih tingginya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Dan kasus KDRT yang terjadi juga bervariatif. Ada kekerasan suami kepada istri, istri kepada suami, istri kepada anak, hingga istri membunuh anak.”
Suryo juga menyayangkan tentang banyaknya permasalahan keluarga yang terjadi tersebut, tidak diimbangi dengan adanya sosialisasi ataupun publikasi profiling keluarga yang ideal. “Profil keluarga ideal, tidak ada satupun yang menggagas ide tersebut. Datangnya ide Profiling Keluarga Ideal, itu dari Gus Menteri yang juga merupakan Ketua Umum (Ketum) Gerakan Keluarga Maslahat NU (GKMNU). Dan mandatory untuk membentuk keluarga yang berkualitas menjadi tugas Kemenag,” imbuhnya.
Beralih dari sambutan (pembukaan) dari Agus Suryo Suripto, Fahmi Akbar Idris (Satgas GKMNU Pusat), selaku moderator pada rakor ini, mempersilahkan Alissa Wahid selaku narasumber kedua untuk menyampaikan materi. Selama kurang lebih 2 jpl, Alissa memberikan materi terkait konsep Pelibatan Masyarakat pada Program Ketanahan Keluarga di lingkup Kemenag RI. “Awal mulanya, satgas Keluarga Maslahat ini mengikuti nomenklatur dari NU. Kemudian, seiring dengan berjalannya proses pelaksanaan program, menyesuaikan nomenklatur pemerintah karena berhubungan dengan pelaksanaan (kordinasi, keselarasan dan teknis) di lapangan. Basis konstruksi keluarga sakinah yaitu keluarga yang bahagia lahir dan batin. Keluarga yang bahagia lahir dan batin ini identik dengan cerminan keluarga yang sejahtera. Namun sayangnya, Jawa Tengah pada tahun ini belum masuk implementasi dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Tahun ini baru Jawa Barat dan Jawa Timur saja,” ungkap Alissa.
Signature program dari Kemenag RI juga sempat disinggung oleh Alissa. Signature program tersebut yakni, Bimbingan Remaja Usia Sekolah (BRUS), Bimbingan Perkawinan Pra Nikah yang menyasar Kerjasama dan kolaborasi dengan mahasiswa dari Universitas atau Perguruan Tinggi, Bimbingan Perkawinan Pra Nikah Calon Pengantin, Belajar Rahasia Nikah dan Bimbingan Perkawinan Remaja (bimwin untuk pasangan yang menikah dengan persiapan yang kurang matang dan kategori usia remaja). Dan saat ini, oleh BAPPENAS, Bimbingan Perkawinan Pra Nikah Calon Pengantin sudah diakui merupakan salah satu program unggulan yang dianggap berhasil dalam mewujudkan keluarga berkualitas, keluarga Bahagia dan Sejahtera.
Setelah pemaparan materi dari Suryo dan Alissa rampung, rakor dilanjutkan dengan sesi tanya jawab. Peserta dari satgas GKMNU yang hadir sangat atraktif begitu sesi interaktif ini dibuka. Audiens yang mengajukan pertanyaan yakni perwakilan dari Kemenag Kota Pekalongan, Kemenag Kota Semarang, Kemenag Kabupaten Bantul, Kemenag Kota Yogyakarta dan Satgas GKMNU daerah. Pertanyaan yang diajukan pun juga membahas berbagai perspektif, mulai dari anggaran, langkah strategis hingga teknis diajukan.
Untuk itu, setelah terlaksananya Rapat Koordinasi Pelibatan Masyarakat ini, Kasi Bimas Islam Kantor Kota dan Kabupaten diharapkan dapat segera membuat langkah kerja konkrit sesuai dengan yang telah dijelaskan oleh Alissa Wahid, melakukan koordinasi dan membuat rumusan target, langkah dan sasaran kerja. Selain itu, terkait dengan anggaran, Suryo berpesan bahwa Kasi Bimas Islam tidak boleh merevisi anggaran yang berhubungan dengan kegiatan Pelibatan Masyarakat pada Program Ketahanan Keluarga. Keberhasilan pelaksanaan program ini membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dan untuk itu, sangatlah diperlukan pernyataan komitmen dari seluruh peserta yang hadir hari ini sebagai dasar untuk menyiapkan (refoccusing) anggaran. Penguatan keluarga maslahat; merawat jagat, membangun peradaban melalui keluarga maslahat. (rmd/bd)