BRUS, Program Pencegahan Perkawinan Usia Dini bagi Remaja

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Kota Mungkid – Pelajar SMA, SMK da MA di Kabupaten Magelang mengikuti Bimbingan Remaja Usia Sekolah, Rabu, 14/06/2023, di SMP Alam Bumi Merdeka, Tanjunganom Kecamatan Salaman, Kab. Magelang. Kegiatan dilaksanakan dalam dua Angkatan, dengan jumlah peserta 30 pelajar setiap angkatannya.

Bimbingan Remaja Usia Sekolah (BRUS), merupakan program Seksi Bimbingan Islam yang bertujuan untuk memberikan bekal kepada para remaja terkait kecakapan hidup (life skill), menunda usia perkawinan, dan mencegah perkawinan anak.

Kepala Kantor Kemenag Kab. Magelang, Muhammad Miftah, saat membuka kegiatan menyampaikan pentingnya para remaja diberikan pendampingan agar dapat mempersiapkan dirinya menjadi remaja yang kokoh, kokoh imannya dan kuat ideologi kebangsaannya.

“Ini dalam rangka untuk membentuk ketahanan remaja. Ketahanan apa? Seorang mukmin yang kuat lebih disukai Allah daripada mukmin yang lemah,” kata Miftah.

Miftah menyampaikan, para remaja saat ini akan menjadi pemimpin di masa yang akan datang. Melalui BRUS, akan diberikan bimbingan dan pemahaman terkait kecakapan hidup dan pencegahan usia dini.

“Bahwa usia nikah itu minimal 19 tahun. Maka anak-anakku semua sudah mempersiapkan ketika sudah berani mau berumah tangga. Diharapkan kita dapat mencegah perkawinan usia dini,” lanjut Miftah.

Pada kegiatan tersebut, para peserta mendapatkan bimbingan dari para Fasilitator dari Penyuluh Agama Islam yang sudah tersertifikasi. Melalui pemaparan, dan game-game menarik, peserta diajak untuk memiliki konsep diri yang sehat. Yaitu memperoleh totalitas diri yang tepat, menyadari kelebihan maupun kekurangan yang ada pada diri sendiri.

Dengan mengenal diri sendiri yang tepat, remaja dapat mengembangkan sisi yang positif dan mengatasi/menghilangkan yang negatif.

Para remaja juga dikenalkan akan dampak dari problematika remaja saat ini seperti seks sebelum nikah, perilaku seks yang tidak sesuai dengan nilai moral/agama, kehamilan yang tidak diinginkan, pernikahan dini (perkawinan anak), narkoba, bullying, dan geng remaja yang negatif.

Melalui pembelajaran Jembatan Harapan, para peserta dibimbing untuk menyusun rencana mencapai harapan yang realistis, benar-benar diinginkan, dan memiliki nilai manfaat dengan menggali semua potensi diri, hobby, sifat dan karakter yang positif.(m45k/Sua)