Boyolali (Humas) – Kondisi sakit tak menghalangi perjuangan Titik Nur Farikhah, jemaah haji kloter 47 SOC untuk meraih kesempurnaan ibadah haji. Tak hanya kesempurnaan ibadah hajinya sendiri, ia bahkan sempat membadalhajikan suaminya dan mengumrahkan kakeknya.
Dengan tekad itu, Titik merasa mendapatkan pertolongan Allah SWT di setiap tempat di haramain. “Saya percaya Allah SWT pasti akan menolong hambanya. Dan ternyata benar, pertolongan Allah itu Masya Allah luar biasa sekali,” ucap Titik penuh haru. Titik mengungkapkan hal itu saat ditemui di Embarkasi Solo, Sabtu pagi (6/7/2024).
Awal berangkat haji, Titik dalam kondisi sakit, lantaran habis menjalani operasi tangannya. Hal ini menyebabkan ia harus mebawa tongkat selama beribadah haji. “Alhamdulilah akhirnya saya bisa kembali ke tanah air dengan kondisi sehat wal afiat dan insya allah lebih sehat dibandingkan saat keberangkatan kemarin. Pertolongan Allah itu Masya Allah luar biasa sekali. Dengan kondisi saya yang pada saat berangkat itu kurang fit, tapi saya yakin banget pasti ada pertolongan Allah,” ungkap Titik dengan penuh syukur.
Titik bercerita, hotel tempat Titik menginap berada di Roudhoh, sekitar 5 km dari Masjidil Haram. Meskipun harus menggunakan bus shalawat dan masih harus berjalan cukup jauh setelah turun dari bus, ia tetap semangat menjalani setiap ibadah. “Saya pakai tongkat karena perjalanan yang jaraknya lumayan dan ritme harus cepat. Tongkat itu membantu aktivitas saya di Masjidil Haram,” jelasnya.
Selama 12 tahun menanti untuk bisa menunaikan ibadah haji, Titik bertekad melaksanakan ibadah dengan sebaik mungkin. “Saya melakukan ibadah di Masjidil Haram minimal sehari sekali, bahkan pernah dua kali sehari. Teman-teman bilang kok bisa, ya itu pertolongan dari Allah. Setiap kali thawaf, saya berusaha setelah subuh selesai thawaf keliling tujuh kali dan mendekati Ka’bah untuk mencium Multazam,” cerita Titik.
Ia menambahkan bahwa setiap hari membawa cerita yang berbeda, dan banyak rintangan bisa dilalui dengan mudah atas pertolongan Allah.
Badal Haji Suami
Sedianya, Titik berangkat bersama sang suami. Namun takdir Allah, sang suami meninggal pada tahun 2020 karena Covid-19. “Kalau suami masih hidup, tahun ini saya berangkat berdua dengan suami. Suami meninggal 2020 pas Covid. Pelimpahan porsi saya ambil. Saya masih punya kuota lagi untuk 10 tahun mendatang. Saya membadalkan suami yang awalnya saya ragu, tapi di sana saya bisa melaksanakan sendiri. Alhamdulillah semua wajib rukun sunah sudah saya lalui dan saya jalankan sendiri tanpa membadalkan dengan sehat,” ungkapnya penuh haru.
Kesabaran Titik dalam menunaikan ibadah haji juga menunai pertolongan Allah ketika di Mina. Titik menceritakan, meskipun berdesak-desakan, ia tidak merasakan banyak masalah yang sering dialami jemaah lain, seperti harus mengantre berjam-jam di kamar mandi.
“Saya pernah mendapatkan kamar mandi yang langsung masuk, antre paling 1, 2, dan 3 saja,” akunya.
Sementara di Madinah, sekali lagi Titik diberikan kemudahan untuk beribadah di Masjid Nabawi. Ketika pembagian hotel, ia bersama rombongannya mendapatkan hotel di lantai 1. Sehingga ketika ia membuka pintu, sudah mendapati Masjid Nabawi. “Masya Allah, itu anugerah Allah yang luar biasa. Saya bisa memenuhi salat lima waktu di Masjid Nabawi,” pungkasnya penuh rasa syukur.
Kisah Titik memberikan ibrah kepada kita, bahwa pikiran yang positif selama di haramain untuk menjalankan ibadah haji membuka pertolongan-pertolongan Allah SWT untuk menyempurnakan rukun Islam ke-5 ini. (at/iq)