Wonogiri – Bupati Wonogiri Joko Sutopo bersama Kepala Kantor Kementerian Agama Kab. Wonogiri beserta jajaran Forkopimda ikut tandatangani pernyataan percepatan penanganan stunting di Kab. Wonogiri pada hari Selasa, (09/08) bertempat di Pendopo Rumah Dinas Bupati Wonogiri serta dihadiri oleh 57 TPPS (Tim Percepatan Penanganan Stunting ) yang beranggotakan Pejabat Setda, Kepala Dinas, Kepala Kantor dan unsur yang lain dengan jumlah peserta Luring sebanyak 350 , hibrid masing masing Kecamatan sebanyak 638 serta peserta daring ( youtube / streaming RGS sebanyak 3.644 peserta.
Acara dimulai dengan kunjungan stand kegiatan penanganan stunting dan gizi buruk dilanjut pembukaan menyanyikan Lagu Indonesia Raya , Doa , laporan pelaksanaan 8 aksi konvergensi penanggulangan stunting, pengukuhan TPPS , pengarahan Bupati Wonogiri dan forum dialog, kick off pelaksanaan bulan timbang dan imunisasi serentak serta penandatanganan pernyataan komitmen rembuk stunting dan penyerahan piagam Desa/Kelurahan dengan penurunan angka prevalensi stunting terbaik.
Stunting merupakan masalah gizi kronis akibat kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang, sehingga mengakibatkan terganggunya pertumbuhan pada anak. Bupati Wonogiri Joko Sutopo pada saat Rembug Stunting, menuturkan bahwa saat ini satu dari tiga balita Indonesia mengalami stunting. Menurutnya masalah stunting ini bukan semata-mata persoalan bangsa di masa sekarang saja, tetapi juga menyangkut masa depan karena anak-anak adalah generasi penerus bangsa. “Merekalah masa depan kita. Bagaimana kita bisa mencapai visi Indonesia Emas Tahun 2045 kalau modal dasarnya, yaitu anak-anak bangsa mengalami stunting, terganggu perkembangan kognitif dan kesehatannya,” ujarnya.
Belakangan ini kita sering mendengar tentang Stunting dan sering dibicarakan oleh ibu-ibu yang memiliki anak balita. Stunting dan pendek memang sama-sama menghasilkan tubuh yang tidak terlalu tinggi. Namun stunting dan pendek adalah kondisi yang berbeda sehingga membutuhkan penanganan yang tidak sama. Singkatnya stunting adalah pendek namun pendek belum tentu stunting.
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak balita (bayi di bawah 5 tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan pada masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah bayi berusia 2 tahun. Balita pendek (stunted) dan sangat penting (severety stunted) adalah balita dengan panjang badan (PB/U) dan tinggi badan (TB/U) menurut umurnya dibandingkan dengan standar baku WHO-MGRS tahun 2006.
Sebelum membicarakan lebih jauh tentang upaya pencegahan stunting yang dapat kita lakukan, sebaiknya kita juga mengetahui tentang penyebab stunting itu sendiri. Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita. Intervensi yang paling menentukan untuk dapat mengurangi prevalensi stunting pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) dari anak balita. Beberapa penyebab stunting sebagai berikut :
- Praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum, pada masa kehamilan dan setelah melahirkan.
- Masih terbatasnya layanan kesehatan termasuk layanan ANC (ante natal care) atau pelayanan kesehatan ibu selama masa kehamilan, post natal care atau pelayanan setelah melahirkan dan pembelajaran dini yang berkualitas.
- Masih kurangnya akses rumah tangga/ keluarga pada makanan bergizi
- Kurangnya akses ke air bersih dan sanitasi
Stunting pada anak memang harus menjadi perhatian dan diwaspadai. Kondisi ini dapat menandakan bahwa nutrisi anak tidak terpenuhi dengan baik. Jika dibiarkan tanpa penanganan, stunting bisa menimbulkan dampak jangka panjang kepada anak. Anak tidak hanya mengalami hambatan pertumbuhan fisik, tapi nutrisi yang tidak mencukupi juga memengaruhi kekuatan daya tahan tubuh hingga perkembangan otak anak.(kwt/Sua)