Temanggung – Dialog kerukunan antar umat beragama diselenggarakan untuk mewujudkan ketentraman dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, Selasa, (14/6). Kegiatan ini di hadiri oleh empat puluh lima orang, yang terdiri dari para remaja Islam, Budha, Kristen dan Katolik. Nara sumber dalam kegiatan ini berasal dari unsur Kemenag dan perwakilan tokoh agama yang ada di Temanggung. Dialog antar penganut agama menjadi sebuah keniscayaan untuk menumbuhkan sikap saling menghormati dan toleran terhadap sesama meskipun berbeda Agama dan keyakinan.
Kegiatan ini d buka oleh Kepala kantor Kementerian Agama Kab.Temangung yang diwakili oleh Kasubbag TU H. Agus Latif, S.Ag, MM. Dalam sambutan pembukaannya ia menyampaikan bahwa kegiatan ini memiliki tujuan untuk membuka wawasan antar pemeluk lintas agama, terutama para remaja sehingga mereka bisa menjalankan agamanya secara moderat dengan penuh toleransi dan menghargai agama lain.
Pendeta Supriyadi (Tokoh Agama Kristen) dalam sesi dialog mengatakan bahwa konsep kerukunan dan toleransi sangat dijunjung tinggi dalam Agama Kristen, bahkan sampai banyak dinyanyikan dalam kidung-kidung untuk menghormati pemeluk agama lain meskipun beda keyakinan. Romo Suryo, MSF (Tokoh Agama Katholik) mengajak para hadirin agar mengembangkan sikap “tepo sliro” dan saling menghargai keyakinan agama lain dan berbuat baik jika mau diperlakukan secara baik oleh orang lain. Hal serupa di sampaikan pula oleh Pandhita Sholikhun Sangha Phala (Tokoh Agama Budha) yang mengatakan bahwa budaya “tepo sliro” dan “ojo dumeh” harus selalu di lestarikan dan dijunjung tinggi.
Pandhita Suhandoko Tanusubroto (Tokoh Agama Konghucu) mengajak agar setiap pemeluk agama punya semangat yang kuat untuk menyebarkan Kebajikan agar Tuhan berkenan. Perkataan tokoh konghucu ini di perkuat oleh Pinandhita Jumar (Tokoh Agama Hindu) yang mengatakan bahwa pada dasarnya semua manusia bersaudara. Ia berharap agar generasi lintas agama ini betul-betul menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila.
Menutup sesi dialog, Ahmad Sholeh (Tokoh Agama Islam) mengingatkan bahwa kewajiban manusia itu tidak sekedar melakukan ibadah Vertikal, tapi juga perlu ibadah horizontal. Meskipun seseorang rajin beribadah tapi tidak bisa hidup menjalin kerukunan dengan tetangga, maka ibadahnya tidak akan sempurna. Ia juga mengajak kepada semua peserta dialog untuk menjaga Kerukunan di Temanggung menuju Temanggung yang Tentrem, Marem, Gandem.
Kegiatan ini terselenggara berkat sinergi yang baik antara Ketua Penyuluh Lintas Agama, yang juga sebagai Kapokja Temanggung (Agus Efendi), Ketua FKUB Kabupaten Temanggung (Ahmat Sholeh) yang juga sebagai Penyuluh Agama Fungsional dan pemangku kebijakan di kantor Kementerian Agama Kabupaten Temanggung.(Penyuluh/Sua)