FKUB dan Kemenag Gercep Atasi Potensi Konflik Bernuansa Agama

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Semarang – Salah satu indikator  kinerja KUB adalah respon cepat dalam menangani kasus yang berpotensi menimbulkan konflik horisontal. Salah satunya adalah potensi konflik yang dipicu oleh adanya rencana dari pemuda gereja HTE atau Heaven Than Ever melaksanakan drama musikal bertajuk History Maker Impact dengan mengundang OSIS SMA secara umum tanpa membedakan agama saat waktu pelaksanaan Sholat Maghrib di lokasi gereja pada Rabu besok (22/2/2022)

“Adanya undangan yang ditujukan kepada siswa siswi OSIS SMA secara umum, bukan hanya untuk internal  Kristen lah yang memicu ormas Islam yaitu Jamaah Anshorus Syariah atau JAS ingin bertemu audiensi dengan pihak penyelenggara lewat Badan Kesbangpol yang terlebih dahulu berkonsultasi dengan FKUB”, kata Syarif Hidayatullah, selaku Sekretaris FKUB pada Senin (20/2).

Syarif menambahkan bahwa memang sebelumnya Amir JAS Semarang, Danang Setyadi ingin diberi fasilitas audiensi ke Kesbangpol guna menanyakan maksud mengundang siswa siswi SMA yang muslim juga pada jam sholat, sehingga terkesan akan ada kesengajaan untuk melanggar sholat.

Segera setelah mendapat info tersebut, Syarif kontak kepada ketua FKUB, KH. Mustam Aji yang mengarahkan segera hubungi Kesbangpol dan Kemenag.

Syarif yang juga selaku Penyuluh Agama Islam itu segera berkoordinasi dengan Ribkah Pandiangan selaku Gara Kristen Kemenag guna menghubungi pihak gereja HTE diskusi melalui handphone bagaimana sebaiknya.

“Puji Tuhan, setelah koordinasi dengan HTE, pihak penyelenggara segera untuk membatalkan acara pada Rabu besok pak”, kabar Ibu Ribkah.

Selanjutnya, KH. Mustam Aji menugaskan pengurus FKUB untuk terjun ke lokasi yaitu Pak Syarif, Pak Nengah dan Pdt. Sedyoko. Bertiga bertemu dengan Ketua Yayasan Terang Bangsa pdt Steven dan Pengurus HTE pdt Edy di Cafe Clip+ di Kuningan Semarang Utara guna memastikan munculnya surat pembatalan kegiatan tersebut.

Steven menerangkan bahwa sebenarnya itu kegiatan inisiatif dari pemuda gereja yang dilaksanakan khusus untuk komunitas remaja dan siswa kristiani yang bertajuk valentine, namun karena kesalahan dalam mengundang obyek yaitu OSIS SMA secara umum sehingga mengundang reaksi yang dikesankan sebagai pemurtadan.

“Anak-anak kami tidak bermaksud melakukan upaya pemurtadan, sebenarnya undangan itu internal untuk komunitas kristiani, namun karena kami yang lemah dalam mengarahkan sehingga terjadi kesalahan dan saya putuskan untuk dibatalkan”, beber Steven.

Akhirnya kepastian pembatalan acara tersebut terbit dan segera dikoordinasikan kepada pihak penolak yaitu dari ormas JAS.

“Kami terima kasih atas upaya Kemenag dan FKUB, sehingga situasi kondusif kembali”, kata Agus Triyanto salah satu aktivis JAS yang membidangi MCI atau Muallaf Center Indonesia yang saat koordinasi sedang bertemu Sekretaris Badan Kesbangpol, Joko Hartono.

“Saya menaruh apresiasi kepada FKUB dan Kemenag yang gerak cepatnya”, ujar Joko Hartono. (sy/bd)