Kab.Pekalongan– Apel besar HUT Korpri ke-47 di Kabupaten Pekalongan, diwarnai pemecahan rekor Muri, apem terbanyak. Acara yang digelar di Jalan Raya Mandurorejo Kajen, Kamis (29/11) pagi, makanan lokal khas daerah Kesesi, Kabupaten Pekalongan yang terbuat dari tepung beras dan gula merah, serta terkenal di Kabupaten Pemalang, berhasil disajikan dengan jumlah 17.500 apem.
Kegiatan juga diramaikan oleh ratusan ASN Kankemenag Kab.Pekalongan sebagai instansi vertical yang ikut memndukung program-program dari Pemda setempat.
Kegiatan yang dipimpin Bupati Pekalongan KH Asip Kholbihi, dan diikuti seluruh Aparatur Sipil Negara (ASN) setempat bersama keluarga, serta jajaran pejabat Pemkab Pekalongan, itu pun sukses pecahka rekor Muri.
Manajer Muri, Aryani Siregar, menyatakan bahwa jumlah tersebut memecahkan rekor sebelumnya, yang pernah diraih daerah Sleman sebanyak 15.225.
Di Kabupaten Pekalongan ini, kami dari Museum Rekor Indonesia (Muri) sudah beberapa kali menorehkan rekor. Di antaranya adalah perempuan berkebaya terbanyak, dan nasi megono terbanyak, sekarang apem terbanyak,” kata bupati.
Usai menerima piagam rekor dari Muri, Bupati Pekalongan KH Asip Kholbihi SH MSi mengatakan, bahwa kegiatan dalam rangkaian gathering HUT Korpri di Kota Santri, mengangkat ‘local food’ atau makanan tradisional khas, sebagai kekayaan, salah satu potensi desa.
Makanan yang diproduksi masyarakat di Kecamatan Kesesi, Kabupaten Pekalongan itu, memiliki simbol masyarakat pemaaf, karena apem diambil dari kata bahasa Arab afwan atau memaafkan. “Karena lidah Jawa, akhirnya dikenal dengan sebutan apem. Makanan ini dari daerah kita, tapi juga terkenal di daerah tetangga,” tandasnya.
Disebutkan, Apem juga memili filosofi nilai budaya tinggi di masyarakat, dan biasanya disajikan saat perayaan ritual budaya, serta hari besar atau hari raya. Namun sekarang disajikan sebagai makanan khas serta oleh-oleh.
Hal senada disampaikan oleh Kakankemenag H.Kasiman Mahmud Desky dengan memunculkan kekayaan lokal yang ada di daerah, diharapkan ASN juga peka terhadap nilai-nilai kearifan lokal, serta menjadikan potensi sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pembangunan, serta kemakmuran masyarakat.
“Karena sekarang ini potensi-potensi sedang menjadi perhatian, dan digemari oleh masyarakat di era milenial. Dan Kabupaten Pekalongan kaya akan itu, serta diharapkan mampu dikelola dengan baik, juga dikembangkan,” terang dia. (hfrn/rf)