Jamun: Silaturahim Ajang Revolusi Mental Terbaik

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Cilacap – Silaturahim merupakan kegiatan dimana tiap pribadi mengakui kesalahannya sehingga muncul usaha menuju perbaikan ke arah yang lebih baik. Hal ini tentunya sangat berkaitan erat dengan program revolusi mental yang digalakkan pemerintah. Karena hal tersebut silaturahim menjadi sangat penting untuk dilakukan kapanpun.

Pernyataan tersebut dikemukakan Kakankemenag Kabupaten Cilacap, Jamun, Kamis (28/6) pada acara Silaturahim pejabat dan ASN Jajaran Kankemenag Kab Cilacap di Gedung BKM.

Menurutnya, lembaga pemerintah yang sangat dekat dengan budaya silaturahim adalah Kementerian Agama. Maka dari itu, tidak heran jika kepercayaan publik terhadap Kemenag semakin meningkat. Salah satunya ditunjukkan dari terus meningkatkan indek kepuasan layanan ibadah haji.

“Silaturahim merupakan ajang revolusi mental terbaik yang harus dimanfaatkan secara bijaksana. Adalah sangat rugi jika silaturahim tidak dapat membawa perubahan mental pribadi seseorang. Di saat tidak ada seorangpun yang merasa benar, maka tidak ada gesekan apalagi benturan kepentingan. Momen inilah yang menjadikan acara silaturahim memiliki fungsi yang sangat vital terhadap perubahan,”tegasnya.

Dikatakan lebih lanjut bahwa, kemampuan membaca masyarakat Indonesia secara umum masih sangat tertinggal dari bangsa lain, khususnya Eropa dan Amerika. Hal ini terjadi akibat masih kurangnya budaya membaca. Padahal di dalam Islam, membaca adalah perintah yang pertama kali disampaikan Allah kepada Nabi Muhammad saw. Pada saat itu, Al Qur’an belum terbukukan dan Rasullullah juga tidak pernah sekolah. Sedangkan tugas sebagai seorang Rasul tidak mungkin terlaksana jika beliau tidak dapat membaca.

Untuk itu, Kakankemenag mengajak seluruh komponen untuk meningkatkan kemampuan dalam membaca, termasuk membaca peluang silaturahim sebagai sarana menuju perbaikan kualitas hidup. Silaturahim dapat dilakukan kapan saja dan dimana saja serta oleh siapa saja. Hanya saja, karena keterbatasan kemampuan membaca membuat efek dari silaturahim selama ini belum mampu membawa perubahan secara drastis.

Makna saling memaafkan bukan berarti hanya sekedar ucapan lisan, melainkan dari lubuk hati yang paling dalam. Sehingga akan timbul rasa untuk saling mengoreksi diri. Sikap saling mengoreksi diri diyakininya sebagai kesempatan emas manusia menuju jalur hidupnya yang terbaik. Semakin sering mengoreksi dirinya, maka manusia akan cepat meningkat kualitas pribadinya. Hal ini sangat linier dengan kebutuhan layanan publik yang selama ini didambakan oleh masyarakat. Layanan publik yang terbaik hanya akan tercipta jika dilakukan oleh pribadi yang terbaik pula,”pungkasnya. (On/bd)