KAB.PEKALONGAN, (HUMAS) — Badan Kesejahteraan Masjid (BKM) akan menggelar Rapat Kerja Nasional (Rakernas) pada September 2023. Sebagai persiapan BKM menggelar Pra Rakernas.
BKM merupakan lembaga resmi yang dibentuk Kementerian Agama untuk meningkatkan peran dan fungsi masjid sebagai tempat ibadah dan sarana pembinaan umat Islam.
Ketua Harian BKM, Adib, yang juga Direktur Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syariah (Urais & Binsyar) Ditjen Bimas Islam Kemenag mengatakan, Pra Rakernas akan mempersiapkan bahan dan materi untuk dibahas saat Rakernas. Selain itu, akan dibahas persoalan tata kelola aset.
“Kita akan menghadirkan khusus terkait dengan persoalan aset BKM. Di situ kita akan hadirkan penulis buku ‘BKM Melacak Bondo Masjid yang Hilang. Nah, ini untuk warming up kita terkait betapa pentingnya menata aset BKM yang terpencar di mana-mana,” ujar Adib pada pembukaan Pra Rakernas BKM 2023 di Jakarta, Selasa (22/8/2023).
Hadir, Direktur Bina KUA dan Keluarga Sakinah Ditjen Bimas Islam Zainal Mustamin, Kepala Biro HDI Setjen Kemenag Ahmad Fauzin, Staf Ahli Menag RI Prof Abu Rohmad, dan Majelis Pertimbangan BKM Pusat Alissa Qatrunnada Wahid. Hadir juga perwakilan ormas Islam dan kepemudaan.
Menurut Adib, Rakernas BKM mengangkat tema tema ‘Masjid Digdaya, Indonesia Maju’. Tema ini memberi pesan tentang pentingnya peningkatan tata kelola masjid agar lebih professional. Sebab, masjid secara umum sela mini dikelola apa adanya sehingga masih perlu ditingkatkan manajemennya.
“Masjid kita masih banyak yang belum berdaya dan mandiri. Alih-alih memberdayakan masyarakat sekitar, masjidnya sendiri juga belum berdaya dari sisi ekonomi dan dari sisi lain lainnya,” sebutnya.
Selain soal aset dan manajemen, lanjut Adib, Pra Rekernas juga akan mendiskusikan peran masjid dalam menghadapi tahun politik. Hal ini juga akan menjadi agenda penting yang akan dibahas dalam Rakernas. BKM harus dapat mengelola masjid dengan baik agar tidak menjadi tempat tumbuh suburnya paham-paham intoleran.
“Apalagi kalau sudah memasuki tahun politik seperti saat ini. Oleh karena itu, penting sekali masjid kita upayakan untuk penguatan dari aspek Moderasi Beragama,” sebutnya.
“Tiga isu ini kita harapkan nanti bisa diperbincangkan sekaligus menjadi bahan Rakernas yang akan kita laksanakan di awal September mendatang,” tandas Adib.
Pra Rakernas diawali dengan talkshow tentang optimalisasi peran BKM bagi umat. Hadir sebagai salah satu narasumber, Staf Ahli Menag RI Prof Abu Rohmad menggarisbawahi bahwa Badan BKM sudah saatnya memikirkan umat, tidak lagi hanya memikirkan bangunan fisik. Karenanya, diperlukan upaya perbaikan manajemen tata kelola.
Menurut Prof Abu, masjid ke depan harus dapat menyejahterakan umat. Selama ini, masjid tampak relatif sibuk dengan dirinya sendiri. Dana amal yang terhimpun umumnya lebih lebih dimanfaatkan untuk pembangunan fisik. Abu Rohmad mengajak untuk menjadikan BKM sebagai wasilah takmir masjid untuk belajar mengelola masjid dengan sebaik-baiknya.
“Jadi, yang sudah baik dibongkar lalu dibangun yang lebih baik. Mimbar Jumat yang sebenarnya sudah bagus daripada duit nganggur lalu digunakan untuk itu,” ungkap Abu Rohmad memberi contoh.
“Jarang masjid berpikir tentang jamaahnya. Karena nama organisasi kita ini Badan Kesejahteraan Masjid, maka imaji yang ada di kepala kita itu bagaimana masjid bisa mensejahterakan masyarakat. Umat juga mensejahterakan masjid. Saya kadang juga malu, kita ngomongin masjid tapi kita enggak pernah ke masjid, enggak pernah ngisi kotak masjid,” ujarnya berkelakar.
Anggota Majelis Pertimbangan BKM Pusat Alissa Qatrunnada Wahid berharap para pengurus BKM menjadikan organisasi ini sebagai rumah bersama. Sehingga, kehadiran BKM mampu membersamai proses kian makmur dan berdayanya masjid-masjid di seluruh Indonesia.
Karenanya, lanjut Alissa, sebelum berbicara tentang masjid itu sendiri, terlebih dahulu perlu menempatkan posisi BKM. Pasalnya, rakernas yang digelar pada September 2023 akan menentukan apa yang akan dilakukan melalui BKM.
“Bahkan, bukan hanya BKM-nya. Tetapi, justru dampak dari organisasi ini bagi umat. Jadi, saya ingin berbicara tentang bagaimana menyusun langkah dan strategi yang perlu kita perhatikan,” ujar putri sulung KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini.
Alissa mengakui bahwa tugas mendigdayakan masjid itu berat. Apalagi jika itu dihubungkan dengan Indonesia Maju. “Oleh karena itu, saya lebih melihat bahwa apa yang kita lakukan melalui BKM itu menata masjid. Dari menata masjid setidaknya kita berkontribusi untuk menata Indonesia,” kata Alissa. (Moh.Khoeron/MTb/bd)