Kankemenag dan Polres Rembang upayakan Rembang yang kondusif

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Rembang — Adanya peristiwa distribusi terompet yang terbuat dari sampul A-qur’an yang telah menjadi isu nasional, menjadikan perhatian khusus bagi Kementerian Agama Kabupaten Rembang. Bersama dengan Polres Rembang, Kepala Kankemenag segera melakukan koordinasi untuk menjaga kondusivitas Rembang.

Bertempat di ruang kepala Kankemenag Kabupaten Rembang, siang tadi (31/12) Kapolres Rembang yang diwakili oleh Sri Iriyanti menyampaikan, hasil rasia yang diadakan di sejumlah minimarket, pedagang besar, bahkan pedagang kali lima, tidak ditemukan terompet yang dimaksud. Iriyanti menyampaikan kelegaannya karena Rembang tergolong kondusif. “Fenomena ini memang sangat sensitif dan bisa memicu terjadinya kecemasan dan kerusuhan di masyarakat,” kata Iriyanti.

Kendati belum ditemukan adanya distribusi terompet dimaksud, Iriyanti tetap mengimbau kepada seluruh masyarakat Rembang untuk turut memonitoring di lapangan dan segera melaporkan kepada pihak terkait jika menemukannya. “Tentunya dengan bekerjasama Kemenag untuk bersama-sama menjaga kondusivitas masyarakat Rembang. Seperti dengan memberikan penerangan kepada masyarakat melalui lembaga-lembaga dan majelis agama, agar mereka tidak turut tersulut emosi atas peristiwa ini. Jika terjadi, semuanya akan diproses secara hukum oleh pihak berwajib,” terangnya.

Sementara pihak Kemenag Kabupaten Rembang telah melakukan antisipasi Kepala Kankemenag Kabupaten Rembang, Atho’illah dengan memberikan imbauan kepada semua masyarakat Rembang untuk dapat menahan diri dan bereaksi secara berlebihan.

“Kami mengimbau Kepala KUA, para penyuluh, dan tokoh agama agar bersama-sama memberikan penyuluhan kepada masyarakat melalui majlis taklim agar masyarakat muslim bisa bersikap arif atas peristiwa ini,” katanya.

Selain itu, hal lain yang penting untuk terus dipantau pihak Polres bersama dengan Kemenag yaitu gerakan radikalisme yang bisa muncul sewaktu-waktu. Sebagai contoh keberadaan ISIS di sejumlah negara. Menurut Atho’illah, salah satu upaya untuk mencegah gerakan tersebut adalah memberikan pemahaman dan pengertian kepada para siswa, utamanya SMA. Sebab, usia ini sangat rentan akan pencarian jati diri seseorang. “Jika tidak dilandasi dengan iman yang kuat, maka mereka akan mudah terjebak pada pemahaman Islam yang salah,” lanjutnya.

Kemenag Rembang sendiri akan memrogramkan penyuluhan tersebut di sekolah-sekolah tahun depan. “Kami akan melibatkan Polres untuk turut memberikan penyuluhan kepada para siswa,” ujar Atho’illah kepada pihak Polres.

Sementara pagi tadi diadakan tasyakuran dalam rangka HAB kementerian Agama ke-70. Acara diisi dengan takhtimul qur’an binnadzar dilanjutkan dengan pemotongan tumpeng. Dalam sambutannya, Atho’illah meminta kepada segenap pegawai untuk memberikan sumbangsih secara maksimal kepada negara dan masyarakat.—Shofatus Shodiqoh