Keterkaitan Agama dan Budaya Lokal di Ketinggian 1620 MDPL, Nepal Van Java Lereng Gunung Sumbing

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Jakarta (Humas) – Desa Temanggung, Kecamatan Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah atau yang dijuluki sebagai Nepal Van Java dahulu menjadi tempat dakwah para tokoh-tokoh lokal setelah pulang menempuh pendidikan di pondok pesantren. Julukan Nepal Van Java didapat berdasarkan kemiripan pesona alam Dusun Butuh dengan negara Nepal.

Hal ini disampaikan oleh Irine Indraswari, siswi kelas XI IPS 6 dari Madrasah Aliyah Negeri (MAN) 1 Magelang pada gelaran expo hasil riset Madrasah Young Researchers Super Camp (MYRES) Nasional 2022 di ruang serba guna 2, Asrama Haji Pondok Gede, Selasa (11/10). Didampingi oleh Ibu Irza Fathurrohma, hasil risetnya lolos dalam grand final MYRES Nasional tahun 2022 dengan judul “Keterkaitan Agama dan Budaya Lokal di Ketinggian 1620 MDPL, Nepal Van Java Lereng Gunung Sumbing”.

Kuatnya kehidupan Islam di Nepal Van Java dibuktikan dengan adanya dua tarekat besar yaitu syadziliyah dan qadiriyah. Kehidupan sehari-hari masyarakat tidaklah lepas dari kehidupan pesantren. Selain itu Nepal Van Java juga memiliki 5 mushola dalam satu dusun serta satu masjid besar bernama Masjid Baituttaqwa yang dibangun sepenuhnya oleh seluruh elemen masyarakat Nepal Van Java . Kehidupan Islam Nepal Van Java tentunya juga tidaklah lepas dari kehidupan budaya lokalnya.

Kehidupan budaya lokal Nepal Van Java juga tergolong masih sangatlah kuat. Keberagaman budaya lokal ini masih dilestarikan hingga saat ini diantaranya adalah saparan, menaruh sesaji dan menabur bunga di malam-malam tertentu, mandi di Tuk Sijago pada hari-hari tertentu serta beberapa kesenian lokal seperti kulu-kulu, kuda lumping, kubro siswo dan dayakan. Keberagaman kehidupan Nepal Van Java memiliki peluang timbulnya keterkaitan antara kehidupan agama dan budaya lokalnya.

“Hubungan agama dan budaya merupakan dua unsur yang dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisahkan. Agama sendiri mempunyai nilai mutlak, tidak berubah karena perubahan waktu dan tempat. Sebagian besar budaya didasarkan pada agama tidak pernah sebaliknya,” tutur Irene.

“Kehidupan masyarakat Nepal Van Java menggambarkan bahwa agama dan budaya lokal tidak dapat berjalan sendiri karena keduanya saling berkaitan dan bahkan tidak dapat dipisahkan. Keterkaitan tersebut dapat dilihat dari kegiatan-kegiatan agama dan budaya lokal serta aktivitas keseharian mereka yang saling berkait. Keterkaitan antara agama dan budaya lokal dapat diketahui melaui berbagai ragam aktivitas di Nepal Van Java,” imbuhnya

Pada bulan ini masyarakat Nepal Van Java melaksanakan beberapa kegiatan perayaan diantaranya adalah merti bumi, tayub dan pengajian akbar.

  1. Merti bumi merupakan kegiatan yang menggunakan tumpeng dan jajanan pasar serta sesajen seperti bunga, uang dan dupa. Tumpeng dan jajan pasar digunakan sebagai simbol sedekah dan media rekreatif sedangkan sesajen dalam merti bumi memiliki tujuan yaitu sebagai media pengharum ruangan.
  2. Tayub merupakan kesenian tarian yang dipearagakan oleh wanita dan wajib ditampilkan dan tidak boleh diganti dengan kesenian lainnya. Kepercayaan mereka apabila diganti tayub dapat mendatangkan malapetaka dan bahaya bagi keberlangsungan hidup para warga. Kesenian ini berlangsung selama satu malam suntuk. Selain berisi tarian, tayub juga merupakan ajang silaturahmi antar seluruh warga Nepal Van Java yang kemudian dilengkapi dengan kegiatan memasukkan amal sedekah dalam kotak infak.
  3. Perayaan yang ketiga merupakan pengajian akbar. Rangkaian kegiatan ini diantaranya adalah salawatan, rabanna, tahlilan dengan mengundang para kyai-kyai besar di sekitar Magelang, Temanggung.

Handono selaku Kepala Madrasah mengucapkan selamat dan rasa terima kasih pada Tim Riset MAN 1 Magelang yang lolos dan berharap tahap selanjutnya dapat dipersiapkan semaksimal mungkin serta senantiasa berdoa supaya mendapatkan hasil yang terbaik. (ps/rf)