Cilacap – Pembekalan calon jamaah haji melalui manasik haji tingkat kabupaten bisa dijadikan sarana memperkuat persatuan dan kesatuan. Kementerian Agama bertindak atas nama pemerintah memberikan bimbingan pemahaman yang menyatukan. Langkah yang ditempuh salah satunya adalah dengan meminimalisir khilafiyah.
Kepala Kantor Kemenag Kabupaten Cilacap, Jamun, Kamis (6/7) di hadapan calon jamaah haji se Kabupaten Cilacap secara tegas menghimbau untuk tidak ngotot pada pemahaman sendiri-sendiri. Berhaji merupakan langkah manusia menuju ridla Ilahi. Sehingga dimohon untuk tidak dikotori dengan mempermasalahkan perbedaan. Tetapi bagaimana cara mengedepankan sikap toleransi dan kerja sama dalam sebuah tim.
“Mari kita kencangkan ikat pinggang. Momen berhaji adalah saat yang sangat mustajab. Allah Maha Mengetahui apapun yang kita kerjakan. Karenanya, saya mewanti-wanti janganlah sedikit perbedaan teknik beribadah menjauhkan hubungan batin kita dengan sesama. Mari kita lihat bersama betapa besarnya persamaan sebagai umat Islam. Tuhan, Malaikat, Kitab, Rosul, hingga kiblat dan tempat ibadahnya pun semua sama. Inilah yang seakan sering kita lupakan bahwa kita adalah sama,”ungkapnya.
Disela-sela materi Fiqh Haji, disampaikan bahwa fiqh adalah pendapat, sehingga agar tidak dijadikan harga mati. Sedangkan yang harga mati adalah NKRI, negara dimana terdapat umat Islam terbesar di dunia.
Di akhir pemaparannya, Kakankemenag berpesan agar saat di Makkah, seluruh jamaah haji mendoakan untuk keutuhan NKRI. Umat yang besar adalah umat yang mencintai negaranya. Cinta negara sebagai wujud cinta kepada Yang Maha Kuasa yang telah menjadikan manusia bersuku-suku dan berbangsa-bangsa. Suku dan bangsa yang berbeda ditujukan agar manusia bertaqwa. Bukan mempermasalahkan perbedaan, melainkan untuk saling melengkapi satu sama lain.(On/bd)