Mengintip Ghirah Penggiat LPQ

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Semarang, “Mengajar mengaji, menjadi guru TPQ adalah tugas mulia yang saya yakin tidak semua mampu menjalaninya. Banyak orang yang bisa dan mungkin lebih pandai daripada kita, namun yang mau, yang berkenan belum tentu semua. Terlebih, jika hal ini secara materi dan ekonomi tidak memiliki nilai kemanfaatan langsung, orang pun berfikir berkali-kali untuk menjalaninya,” komentar dan kesimpulan awal H. Agus Haryadi selaku Wakil Ketua 2 Badko LPQ Kota Semarang, yang disampaikannya pada saat melakukan peninjauan langsung beberapa usaha ustadz dan ustadzah LPQ di lingkungan kota Semarang, Minggu (23/4/2022).

H. Agus Haryadi menambahkan, dari hasil beberapa kali melakukan peninjauan langsung di lapangan, etos kerja dan semangat mengajar mengaji dari para ustadz-ustadzah LPQ sungguh luar biasa. “Etos kerja dan semangat mengajar ngaji berimbang dengan perjuangannya dalam memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga,” ujarnya.

“Ustadzah Tutik berhasil membantu menopang perekonomian keluarga dengan membuka warung kelontong yang menyediakan berbagai kebutuhan rumah tangga, snack, alat tulis kantor, dan keperluan sehari-hari lainnya,” tuturnya.

“Selain ustadzah Tutik, ada pula ustadz dan ustadzah lain seperti ustadzah Umi Makrifah. Aktivitas beliau dari Senin-Jumat, berjualan penthol goreng dan penthol kuah di jalan Arjuna dari pukul 10.00 pagi sampai sore, setelah itu beliau mengajar di LPQ Bintang kecil, sedangkan kalau Sabtu dan Ahad karena LPQ libur, beliau berjualan dari pagi sampai malam,” terangnya.

Ia juga memberikan contoh pasangan penggiat LPQ lainnya, yang juga menjadi inspirator yaitu, ustadz Soegijodan ustadzah Arin, yang merupakan pengajar di TPQ yang beralamat di jalan Gurame Semarang Utara. “Berkhidmah mengajar TPQ dari sore sampai bakda isyak, keduanya memiliki impian membuka usaha atau memproduksi gamis dan jilbab dengan brand sendiri. Saat ini, pasangan ini telah memiliki modal sebuah mesin jahit dan mesin obras. Impian tersebut bukan tanpa alasan, sudah sejak lama beliau menerima jasa permak pakaian di rumah kontrakkannya ,yang sekaligus sebagai tempat anak-anak mengaji,” ujarnya.

Gambaran ini menunjukkan bahwasanya semangat dan ghirah berdakwah menegakkan ayat Allah khususnya di dunia TPQ, tidaklah harus menunggu mapan ekonomi, atau berlebih materi. Namun ini semua adalah panggilan jiwa, panggilan hati, dan panggilan iman. “Mereka para penggiat LPQ merupakan teladan bagi kita. Makan dakwah jalan, mengajar ngaji dan TPQ jalan dan upaya ikhtiar ekonomi pun jalan. Luar biasa, semoga kita semua istiqomah menjalaninya. Amin,” tandasnya.(Agus Haryadi/bd)