Menumbuhkembangkan Jiwa Kewirausahaan Melalui Hidroponik

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Slawi – Dikutip dari laman ensiklopedia bebas id.wikipedia.org, Hidroponik adalah budidaya menanam dengan memanfaatkan air tanpa menggunakan tanah dengan menekankan pada pemenuhan kebutuhan nutrisi bagi tanaman. Kebutuhan air pada hidroponik lebih sedikit daripada kebutuhan air pada budidaya dengan tanah. Hidroponik menggunakan air yang lebih efisien, jadi cocok diterapkan pada daerah yang memiliki pasokan air yang terbatas.

Demikian yang disampaikan Syah Natiqul Kamal , guru mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) kelas 9 MTs Negeri Slawi Filial di Satu Atap (SA) Pecabean, yang sejak 1,5 bulan yang lalu memulai budidaya tanaman hidroponik di madrasah bersama peserta didiknya.

Setidaknya, ada 3 jenis tanaman yang dibudidayakan, yakni slada, sawi hijau, dan kangkung, menggunakan teknik wick system atau sistem sumbu.

“Ada 3 jenis tanaman yang kami tanam ketika pertama kali kegiatan ini dilaksanakan, yakni slada, sawi hijau, dan kangkung. Dan selama 1,5 bulan ini kami sudah memanen kangkung satu kali,” jelas Natiq ketika diwawancarai oleh Tim Jurnalistik MTs Negeri Slawi, Rabu (18/10).

Dirinya menambahkan, bahwa budidaya sayuran menggunakan sistem hidroponik ini sangat mudah. Karena medianya bisa menggunakan botol bekas, dan tidak memerlukan area yang cukup luas. Sehingga cocok diterapkan di tempat-tempat yang tidak mempunyai lahan yang cukup luas.

“Menanam hidroponik itu memanfaatkan barang-barang bekas. Misalnya botol air mineral yang sudah tidak terpakai. Hidroponik juga tidak memakan area terlalu banyak, sangat pas diterapkan di perumahan-perumahan yang tidak mempunyai lahan sekalipun. Digantung di dinding pun cukup,” tambahnya.

Dengan semakin berkembangnya zaman, maka kebutuhan manusia akan sayuran kian beragam. Itulah peluang yang kini coba dimanfaatkan olehnya beserta para peserta didiknya.

“Jadi saya mencoba menumbuhkan jiwa kewirausahaan kepada siswa melalui budidaya sistem hidroponik ini. Paling tidak ketika bahan-bahan pokok mahal, tidak berdampak langsung kepada mereka. Karena mereka punya stok dirumah, mau nyayur tinggal memetik. Dan itu bisa mendatangkan keuntungan. Bisa jadi tempat wisata hidroponik misalnya, belanja sayuran disitu petik sendiri, tinggak bayar. Kan cukup bagus,” pungkasnya mengakhiri perbincangan. (akb/za/rf)