Metode Al Insyirah alternatif praktis membaca Al Quran

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Banjarnegara – Metode membaca Al Qur’an saat ini sudah sangat berkembang dan beragama mulai dari metode Qiroati, Al Baghdadi, Iqro dan Yan-bu’a. Semua metode tersebut telah menunjukkan hasil yang menggambarkan kemudahan cara membaca Al Qur’an.

Terdapat metode membaca Al Qur’an yang praktis sebagai alternatif, yaitu Metode Al Insyirah. Badan Koordinasi (BADKO) TPQ Banjarnegara bekerja sama dengan Kementerian Agama Kab. Banjarnegara menyelenggarakan pelatihan metode ini, di Aula Kementerian Agama Kabupaten Banjarnegara, Sabtu (7/2/15) ini. Dengan mengundang 210 peserta, terdiri dari ustadz dan ustadzah TPQ, dan Guru Agama SD-MI sekabupaten Banjarnegara. Pelatihan menghadirkan Ustadz Saruji, S.Pd, penemu dan penyusun metode Al Insyirah dari Jawa Timur secara langsung.

Dalam sambutan dan pembukaan pelatihan oleh Sekda Kabupaten Banjarnegara, selaku Ketua Umum BADKO Kabupaten, Drs. H. Slamet Fahrudin Susiadi, MM, berharap kegiatan ini bisa memberikan wawasan, juga kreatifitas dalam pembelajaran Al Qur’an. “Juga harus dipraktekkan agar bisa melihat hasil, dan efektifitasnya dalam pembelajaran”, di tambahkan.

Pemateri menyampaikan, bahwa penyusunan metode berdasarkan pengalaman selama 15 tahun, melalui proses mengamati, meneliti, mencari solusi agar siswa mudah dalam menerima pelajaran. Metode Al Insyirah menerapkan strategi klasikal murni, klasikal baca simak, dan individual secara proposional, sehingga proses belajar dan mengajar menjadi efektif dan efisien, mudah, menyenangkan, santri menjadi lebih tertib, target pembelajaran menjadi mudah terpenuhi, dan ada tes untuk menguji keberhasilan dengan munaqosah umum.

Penerapan metode ini menjadikan santri lebih percaya diri karena terbiasa membaca dengan Jahr dengan nada murottal dan mujawwad. Metode dilengkapi media pembelajaran, Peraga jilid 1-5 ditambah Peraga Gharib.

Peserta amat antusias dikarena selain disampikan secara ceramah, juga diberikan simulasi, serta praktek microteaching oleh pemateri, dimana sebagian besar peserta merupakan pendidik di bidang Al Qur’an.

Di akhir pelatihan di adakan diskusi yang membahas penerapan metode ini, dan sharing masalah-masalah Taman Pendidikan Al Qur’an. Selain mendapatkan sertifikat, disampaikan kepada peserta rencana pelatihan lanjutan dan pendampingan praktek selama 1 tahun.(Nangim)