Pengawas PAI Ungkap 3 Langkah Penerapan Pembelajaran Berdiferensiasi

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Semarang – Dalam kegiatan monitoring dan pembinaan di SMP Negeri 14, H.M. Faojin selakuPengawas Pendidikan Agama Islam (PAI) Kankemenag Kota Semarang, mengatakan kepada Guru PAI pentingnya menciptakan pembelajaran yang variatif dalam upaya pengembangan karakter siswa. Hal ini disampaikannya ketika berkunjung ke sekolah tersebut, Senin (21/8/2023).

Pada kesempatan itu, ia menerangkan beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi. “Untuk menerapkan pembelajaran berdiferensiasi, ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan yaitu, mencari tahu karakteristik siswa, penyiapan materi, dan memberikan keleluasan kepada siswa untuk mengembangkan potensinya,” tuturnya.

Menurutnya, ada beberapa cara untuk mengetahui karakter siswa. “Cara pertama, dengan mengamati gaya belajar mereka. Misalnya ada siswa yang lebih tertarik pada hal yang sifatnya visual, maka cara pemberian materi dan produk hasil belajar pun diharapkan akan dalam bentuk visual,” terangnya.

“Cara lain, bisa dengan melihat dan mengamati tugas-tugas yang sudah dikerjakan siswa. Guru dapat berdiskusi dengan guru mata pelajaran lain tentang kemampuan siswa tersebut ketika menerima materi pelajaran,” lanjutnya.

“Selain itu, guru juga dapat membuat pertanyaan pemantik untuk mengetahui minat dan karakteristik siswa. Misalnya, pertanyaan tentang kebiasaan belajar siswa, ada siswa yang lebih senang belajar sambil mendengarkan musik, ada yang lebih senang dalam kondisi sepi, atau mungkin ada yang bisa belajar sambil menonton televisi, dan masih banyak lagi metode lainnya,” ungkapnya.

Pada bagian lain, H.M. Faojin mengatakan, dalam penerapan pembelajaran berdiferensiasi, akan ada tantangan yang perlu diantisipasi sejak dini. “Menerapkan pembelajaran berdiferensiasi bukanlah hal yang mudah. Guru harus dapat menyiapkan beberapa materi dan instrumen penilaian sekaligus. Misalnya, saya menggunakan diferensiasi konten/materi, berarti saya harus menyiapkan materi lebih dari satu. Sama halnya dengan diferensiasi proses dan produk, berarti harus ada lebih dari satu media pembelajaran dan alat penilaian,” ujarnya.

“Akan tetapi, pembelajaran berdiferensiasi memiliki banyak dampak positif, karena dapat memaksimalkan potensi peserta didik, terlebih bagi anak-anak berkebutuhan khusus yang memerlukan metode pembelajaran yang berbeda dengan siswa lainnya. Saya sendiri memiliki siswa tunarungu dan mereka lebih cepat menyerap materi dengan pendekatan pembelajaran diferensiasi,” imbuhnya.

H.M. Faojin berujar, melalui pembelajaran berdiferensiasi, sikap toleran dapat muncul dengan pemberian keleluasaan bagi siswa untuk mengembangkan potensi. “Guru tidak membatasi bahan dasar, proses, dan produk yang dihasilkan siswa, namun guru juga tidak membebaskan semuanya, sehingga pembelajaran terkesan ambyar. Guru tetap mengontrol pembelajaran dengan memberikan isian LK yang sama bagi semua siswa,” katanya.

“Dengan memberikan keleluasaan, siswa juga jadi lebih aktif ketika belajar. Siswa mengalami langsung apa yang sedang mereka pelajari. Mereka juga jadi lebih sering berinteraksi dengan orangtua untuk membantu dan mengevaluasi apa yang sudah mereka pelajari bersama gurunya,” pungkasnya.(Nurhalim/Faojin/NBA/bd)