081128099990

WA Layanan

08.00 - 16.00

Senin - Jumat

Penguatan pesantren menangkal isiu-isu kekinian

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Semarang – Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) wilayah Jawa Tengah menggelar rapat koordinasi kali pertama, bersama Bidang Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kanwil Kementerian Agama Provinsi Jawa Tengah, di Aula lantai III Gedung A Kanwil (29/02).

Kegiatan yang dihadiri oleh Kepala Bidang Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren, Pengurus Cabang FKPP se-Jawa Tengah, Kepala Seksi pada Bidang PD Pontren dan beberapa tokoh lainnya dari Rabithah Ma’ahid Islamiyyah (RMI) Nahdlatul Ulama Jawa Tengah.

Kabid PD Pontren Sholikhin menyambut baik penyelenggaraan rakor tersebut, sekaligus eksistensi pondok pesantren di Jawa Tengah. “Hingga akhir tahun 2015 setidaknya terdapat 4.847 pondok pesantren dengan jumlah santri mencapai 638.288, ini perkembangan yang sangat signifikan dalam dasawarsa terakhir, dimana pada tahun 2005 pondok pesantren berjumlah 2.187 pondok pesantren dengan jumlah santri 442.862,” kata Sholikhin dihadapan para peserta rakor.

Kabid memaparkan bahwa pesantren dari sejarah tidak pernah menyandang istilah yang sangat ekstrim kecuali hanya tempat untuk tafaquh fiddin, dan sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia yang selalu mempunyai peran strategis. Namun saat ini banyak permasalahan yang muncul di pesantren, termasuk isu Radikalisme di Pesantren.

“Dari isu-isu yang berkembang terkait permasalahan yang dalam tubuh pesantren, maka hal tersebut yang menjadi latar belakang diselenggarakan rakor ini, karena seperti kita ketahui, bahwa pesantren selalu mengambil bagian dalam penguatan Negara Kesatuan Republik Indonesia dan kemanjuan peradaban Islam,” tegas Sholikhin.

Rakor yang dipandu oleh Abu Choir dan Gus Rozin dari RMI, menghasilkan beberapa hal untuk perbaikan dalam pengembangan pesantren ke depan, antara lain ; Program Pesantrenku Bersih Pesantrenku Sehat sebagai bagian penguatan pesantren dari dalam dan Penguatan penguasaan santri terhadap kitab kuning.

Sementara Gus Rozin mengungkapkan bahwa Kementerian Agama Jawa Tengah melalui Bidang Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren telah rutin menyelenggarakan program seperti  Pekan Olahraga dan Seni Pesantren Daerah (POSPEDA), Musabaqah Qiro’atul Kutub (MQK), dll dalam rangka menjaga agar kitab kuning sebagai tradisi intelektual Islam Nusantara tetap terjaga.” (Ali/gt)