
Makkah (Humas) – Khoiriyatun binti Khoiri, salah satu jemaah haji asal Kota Semarang yang tergabung dalam rombongan 1 regu 3 Kloter SOC 33 berucap syukur karena dirinya yang hanya pedagang sayur keliling, bisa melaksanakan rukun Islam kelima di tahun ini.
“Setiap pagi sekitar jam 6, saya kulakan (red. membeli) sayur dan bahan-bahan lainnya di pasar Gayamsari, kemudian saya masak. Ada sayur lodeh, sayur bayem, gurami bakar, sayur opor, pokoknya banyak. Sekitar jam 10an masakan mateng, terus saya bungkusin. Setelah itu, saya jual keliling pakai sepeda onthel. Alhamdulillah biasanya jam 12 sekitar dhuhur lah, semuanya ludes habis,” terang wanita kelahiran Kota Lumpia, 17 Desember 1959 silam ini penuh semangat ketika ditemui petugas di kamarnya, Sabtu (24/5/2025).
Lanjutnya, dari hasil keuntungan berjualan, sedikit demi sedikit ditabungnya hingga terkumpul Rp.5juta. “Saya kumpulin setiap hari, alhamdulillah terkumpul 5 juta. Pokoknya niatnya buat pergi haji,” ujarnya.
Niat ini pun mendapat dukungan dari suaminya, Mbah Ngatman, yang kesehariannya merupakan buruh kuli bangunan. “Begitu tau kalau saya punya tekad kuat buat pergi haji, Mbah kakung (red.suaminya) lalu nambahin uang tabungannya yang waktu itu ada Rp.20juta. Wis, terus langsung daftar haji. Seneng banget waktu itu,” tuturnya.
“Mbah kakung ngalah, karena uangnya baru bisa daftar untuk 1 orang, saya yang disuruh daftar duluan. Kebetulan, kami masih punya anak yang masih kuliah di UNDIP,” sambungnya.
Bersabar menunggu waktu keberangkatan selama 13 tahun, setiap hari dirinya semakin rajin menabung dari hasil keuntungan jualannya. “Selama 13 tahun menunggu, hasil keuntungan berjualan saya tabung di PKK dan majelis taklim yang ada di kediaman kami, Kalicari. Alhamdulillah tabungan yang terkumpul bisa untuk melunasi,” ungkapnya.
Mbah khoiriyatun sangat senang, biasanya dia masak makanan untuk dijual, namun selama melaksanakan ibadah haji, ia tidak perlu bersusah payah, semuanya sudah tersaji. “Mau makan tinggal makan, lauknya banyak, buah dan air mineral melimpah,” katanya sembari tertawa.
Celotehnya yang ringan tanpa beban, justru mengundang rasa haru dan simpati yang mendengarnya. “Masya Allah, semangat Mbah Khoiriyatun menyadarkan kami bahwa ibadah haji bukan perkara mampu atau tidak, tetapi kekuatan tekad kitalah yang memampukan kita. Secara finansial, mungkin penghasilan harian Mbak Khoiriyatun tidak sebanyak kita, tetapi kesadarannya untuk menyempurnakan rukun Islam yang kelima, meyakinkannya bahwa dia pasti akan bisa ke Baitullah. Keimanan dan ketakwaannya yang akhirnya Allah bukakan jalan untuk Beliau betul-betul menjadi tamuNya,” papar Siti Nurhayati, Petugas Pembimbing Ibadah Kloter SOC 33 sambil menahan air mata haru.
“Bahkan yang lebih membuat kami terenyuh adalah semangatnya dalam beribadah. Karena sejak kecil setiap hari terbiasa bersepeda untuk berjualan, sehingga badannya tetap sehat meskipun usianya sudah senja, Beliau nampak masih gesit dan tak kelelahan ketika harus berjalan setiap hari untuk melaksanakan ibadah salat wajib lima waktu baik di Masjid Nabawi maupun di Masjidil Haram. Semoga Mbak Khoiriyatun sehat selalu, dan menajdi haji mabrur,” pungkas Nur.(Nur/Nba)