Peragaan Penyaliban Yesus Oleh Para Siswa SD, SMP Maria Mewarnai Jumat Agung di Cilacap

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print

Cilacap – Salah satu even mengesankan yang selalu mewarnai perayaan Jumat Agung adalah peragaan penyaliban Yesus. Di Kapel De Mazenod Cilacap, peragaan penyaliban Yesus dilaksanakan oleh para siswa SD dan SMP Maria Cilacap pada pukul 10 pagi. Di waktu yang sama, tepatnya di Gereja Paroki Santo Stefanus, penyaliban Yesus diperagakan anak-anak SD dan SMP Pius.

Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Cilacap, melalui Penyelenggara Katolik, Yusup Adi Prajoko mengatakan, bahwa Jumat Agung adalah perayaan pengenangan misteri sengsara dan wafatnya Yesus.

“Pada hari ini seluruh umat katolik diajak untuk bertobat melalui tindakan pantang dan puasa. Pada hari ini tidak ada perayaan ekaristi, melainkan ibadat, karena pada hari ini tidak ada peristiwa konsekrasi. Pada Jumat Agung ini justru Yesus sendiri yang dikorbankan sebagai penyelamat manusia,”katanya.

Perayaan Jumat Agung biasanya dilaksanakan pada pukul 15.00. Namun ada beberapa Gereja melakukannya pada pukul 14.00 dengan tujuan tepat pukul 15.00 berlangsung prosesi pembacaan Sabda Allah dimana Yesus wafat di salib.

Menurutnya, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perayaan Jumat Agung ini; Altar yang kosong, tanpa hiasan, melambangkan kesedihan dan kedukaan Gereja. Tidak ada nyanyian pembuka dan penutup, bunyi lonceng atau alat-alat musik lain. Kemudian, tidak ada tanda salib. Upacara Jumat Agung tidak diawali atau diakhiri dengan tanda salib, karena salib Kristus telah nyata hadir dan dihadapkan kepada seluruh umat.

Pada awal upacara, imam menghormati altar dengan cara merebahkan diri di depannya, seluruh umat juga hendaknya menundukkan diri dengan khidmat. Hal ini melambangkan bukan hanya sekedar penghormatan, melainkan juga pernyataan kefanaan manusia. Doa umat meriah. Setelah korban Yesus terlaksana di salib, dan dalam kepercayaan mendalam bahwa Allah Bapa telah menerima korban itu dan karenanya mengembalikan manusia pada diri-Nya. inilah saatnya Gereja mendoakan hal-hal penting untuk Gereja dan dunia.

Sebagai puncak liturgi Jumat Agung ditandai dengan penghormatan Salib Suci. Kain selubung salib dibuka perlahan-lahan. Pembukaan ini mau menunjukkan beberapa makna, pertama menunjukkan Sang Penyelamat, yaitu Yesus Kristus. Umat hendaknya bersyukur karena memiliki penyelamat yang demikian hebat. Kedua, membuka kembali penghalang antara manusia dan Allah, yaitu dosa. Korban Kristus bermakna penebusan, karena Ia mendamaikan kembali relasi kita dengan Allah yang rusak karena dosa. Ketiga, membuka selubung penderitaan dan kematian. Salib dan penderitaan manusiawi kita memiliki sisi penebusan jika dilalui dengan setia dan berpegang teguh pada kehendak Allah.(On/bd)