Kota Pekalongan – Ribuan masyarakat di Kota Pekalongan tumpah ruah antusias menyaksikan acara Peringatan Peristiwa 3 Oktober di Monumen Djoeang 45 Kota Pekalongan, Senin (3/10/2022) malam.
Mereka tampak begitu menikmati suguhan pertunjukan teatrikal kolosal yang menggambarkan peristiwa heroik rakyat Pekalongan saat berupaya mengambil-alih kekuasaan pemerintah dari tangan Jepang di Kota Pekalongan pada 3 Oktober 1945 silam.
Melibatkan sejumlah pelajar dan masyarakat Kota Pekalongan, para peserta teatrikal terlihat mengenakan seragam pejuang dan tentara jepang tempo dulu lengkap dengan senjata mainan, serta obor hingga asap dan suara petasan yang menggambarkan suasana perang pada saat itu.
Digelar selama kurang lebih 30 menit, pertunjukan tersebut secara garis besar mengisahkan runtutan peristiwa yang terjadi di Kota Pekalongan pada tanggal 28 Agustus – 3 Oktober 1945.
Mulai dari pembentukan Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID), perundingan antara pihak Jepang dan Indonesia, hingga terjadinya pertempuran di Lapangan Kebon Rojo (kini bernama Monumen Djoeang) pada 3 Oktober 1945 yang mengakibatkan 37 pejuang gugur dan 12 orang luka-luka.
Walikota Pekalongan, HA Afzan Arslan Djuniad mengatakan, bahwa kegiatan ini digelar setiap tahunnya untuk menelusuri kembali nilai-nilai sejarah yang telah dilakukan oleh para pahlawan pendahulu dalam melawan penindasan dan penjajahan dari bumi pertiwi, khususnya di Kota Pekalongan ini.
“Memahami arti perjuangan yang sesungguhnya dengan keterbatasan yang ada. Dahulu, kita bisa mengusir penjajah Jepang dari Kota Pekalongan. Kondisi sekarang jauh berbeda lagi. Bukan berperang dengan menggunakan senjata, tetapi berperang melawan budaya asing yang berusaha masuk ke Indonesia,” katanya.
Menurutnya, generasi penerus saat ini lebih mengenal budaya asing. Untuk itu, kita harus bisa mendekatkan mereka dengan budaya Indonesia. Mulai dari lagu kebangsaan, tarian, suku, makanan, pakaian dan lainnya agar mereka tidak lupa sejarah serta bangga dengan budaya sendiri.
“Seperti K-Pop, Hollywood, budaya Jepang dan sebagainya. Semua ini harus dilawan terus. Kita juga wajib dan senantiasa mempunyai tekad untuk meneruskan cita-cita para pejuang pendahulu dengan bekerja keras, meningkatkan etos kerja serta disiplin yang tinggi guna membangunan bangsa dan negara yang lebih baik,” tegas Aaf, sapaan akrab Walikota.
Aaf menambahkan, sejarah telah membuktikan bahwa persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia sudah berhasil mengusir penjajah, mempertahankan kemerdekaan serta membangun bangsa dan negara dalam kondisi aman, tenteram.
“NKRI harga mati, kita lihat perjuangan bangsa kita begitu berat saat melawan penjajah sampai ada korban. Oleh sebab itu, kita harus menghargai dan melanjutkan perjuangan-perjuangan pahlawan peristiwa 3 Oktober di Kota Pekalongan,” pungkasnya
Nur Hikmah (48), warga asal Kelurahan Krapyak mengaku senantiasa mengikuti peringatan Peristiwa 3 Oktober yang digelar oleh Pemkot Pekalongan. Dirinya merasa terharu dan bangga atas perjuangan para pahlawan yang sudah berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia, khususnya Kota Pekalongan.
“Seru, tapi juga terharu ikut merasakan dan membayangkan bagaimana para pahlawan dahulu berjuang. Kita juga bisa memperlihatkan secara langsung perjuangan mereka terdahulu kepada anak-anak, dan semoga anak-anak saya bisa meneruskan cita-cita para pahlawan kelak.” katanya yang turut menyaksikan bersama 2 buah putranya. (em-aha/@nSi/bd).