Ketua Baznas RI, Prof. Dr. H. Noer Achmad, MA, membuka acara Gerakan Santri Menulis (GSM) dari Suara Merdeka Crew, pada Ahad (26/03/2023), dengan memukul gong yang disambut tepuk tangan hadirin dengan meriah.dalam sambutannya pada acara bertempat di Boarding School MTs Negeri 1 Kota Semarang, menyampaikan bahwa GSM dilaksanakan di pesantren-pesantren karena dengan harapan santri mampu mengkaji ayat-ayat al-Qur’an lebih mendalam baik ayat-ayat kauniyah maupun ayat-ayat fi’liyah. “Qul laukaana al-bahru midaadan likalimaati rabbii lanafida al-bahru qabla antanfada kalimaatu rabbi walau ji’naa bimitslihii madadaa,” demikian H. Noer Achmad menyitir ayat ke-109 surat al-Kahfi dalam al-Qur’an. Di sinilah al-Qur’an sebagai sumber inspirasi dalam menulis untuk membentuk jiwa ulil albab. Karena makna dalam ayat tersebut bahwa jika lautan digunakan sebagai tinta untuk menulis ayat-ayat Allah, maka tidaklah cukup (akanlah habis) sebelum selesai penulisan kalimat-kalimat Allah. Betapa besar kekuasan-Nya.
“Adapun makna jiwa ulil albab sebagaimana disebutkan dalam al-Qur’an surat Ali Imran ayat 190. Inna fii khalqi as-samaawaati wa al-ardhi wakhtilaa fii al-laili wa an-nahaari la aayaati li ulii al-baab.” Beliau menjelaskan kelanjutannya pada ayat 191-195 bahwa orang-orang yang tergolong ulul albab (mau berpikir tentang ciptaan Allah Swt.) adalah orang-orang yang selalu mengingat-Nya baik dalam keadaan duduk, berdiri, dan berbaring memikirkan ciptaan Allah. Orang-orang ini selalu berdoa akan terhindar dari api neraka, diampuni dosa-dosa mereka, tidak dihinakan mereka pada hari kiamat, lalu Allah Swt. mengabulkan doa mereka dan mereka dimasukkan dalam surga-Nya.
Al-Qur’an sebagai inspirasi dalam menulis juga disinggung Kabid Pontren Kanwil Kemenag Prov. Jawa Tengah, Dr. H. Nur Abadi, M.Pd. “Pesantren salah satu sumber penulisan karya-karya ulama tempo dulu (kitab kuning) yang penuh sejarah, tentu saja selalu bersandarkan nilai-nilai agama di mana al-Qur’an sebagai sumber inspirasi. Meskipun pesantren sebenarnya tidak hanya mengkaji masalah agama saja, namun bidang-bidang yang lain seperti ekonomi juga ada,” terang H. Nur Abadi. Lebih lanjut beliau menjelaskan bahwa tulis-menulis sangat bersentuhan denggan dunia digital seperti tranformasi Gusmen (Menteri Agama RI) tentang madrasah digital. Lanjutnya, GSM tidak berhenti sampai disini saja tetapi akan siap mendampingi sampai menjadi penulis professional.
Ketua Panitia GSM di putaran pertama, H. Drs. Agus Fathuddin Yusuf, MA, ditemui di tempat terpisah menyampaikan selama bulan suci Ramadhan 1444 H ada ada 20 kali GSM yang digelar di pesantren-pesantren (terjadwal). Boarding School MTsN 1 Kota Semarang sebagai jang penempakan ilmu agama ‘ala pesantren mendapat jadwal yang pertama. Ditambahkan oleh Pimpinan Redaksi Suara Merdeka dan Pimpinan Suara Mereka, H. Triyanto Triwikromo dan H. Kukrit Wicaksono, sejak dimulai sampai sekarang GSM sudah berjalan selama 29 tahun.
Para santri Boarding School peserta di luar Emtessa terlihat antusias mengikuti jalannya acara. Kepala Madrasah MTs Negeri 1 Kota Semarang dalam sambutannya berpesan bahwa “Anak-anak, ikutilah acara GSM sampai selesai. Jangan malu bertanya, mumpung para fasilitator kali ini dari tim media massa terkenal yaitu Suara Merdeka. Selamat mengikuti dan tetap semangat. Semoga bermanfaat,’’ turur H. Kasturi seraya berpantun untuk menyemangati anak-anak meskipun dalam keadaan puasa. Untaian kata-kata dalam pantunnya juga mengucapkan terima kasih kepada Tim Suara Merdeka atas kerjasamanya. Pantun Kepala Madrasah disambut meriah oleh hadirin dengan kata….cakep….cakep…..
GSM kali ini selain dihadiri para petinggi Suara Merdeka, Kabid Pontren Kanwil Kemenag Prov. Jateng, juga Komite Emtessa. Acara sampai menjelang maghrib dan diakhiri dengan shalat mahrib berjamaah. Hidup santri. Pejuang sejati ibu pertiwi. Pengawal NKRI harga mati. Semoga terwujud jiwa ulil albab nan hakiki. Amin. (Humas Emtessa/bd)