081128099990

WA Layanan

081393986612

WA Pengaduan

08.00 - 16.00

Senin - Jumat

Whistle Blower

Santri Zaman Now, Santri Sarat Prestasi

Surakarta – 22 Oktober merupakan saat yang ditunggu oleh kalangan santri. Kenapa ? Inilah harinya bagi santri di seluruh Indonesia. Begitu juga yang berlangsung di MAN 1 Surakarta. Seluruh civitas akademika, dari guru, karyawan, dan siswa membaur menjadi satu dalam suasana penuh kekeluargaan dalam kegiatan Tabligh Akbar Hari Santri Nasional, Senin (22/10). Acara yang dilangsungkan setelah upacara Hari Santri Nasional ini menampilkan ustad Burhan Shodiq, da'i muda yang sangat lekat dengan dai untuk segmen pelajar dan remaja. Acara ini dihelat oleh seksi kerohanian Islam (Rohis) MAN 1 Surakarta.

Dalam pemaparannya, Burhan Shodiq menyampaikan bahwa hari santri nasional diilhami oleh resolusi jihad KH Hasyim Asyhari.

“Pada saat kita berjuang gigih melawan penjajah, presiden Soekarno meminta fatwa pada Kiai Haji Hasyim Asyhari tentang hukum membela negara dari penjajahan. Kemudian KH Hasyim Asyhari beserta seluruh kiai di Jawa sepakat bahwa membela negara merupakan bagian dari iman. Peristiwa itu terjadi pada 22 Oktober 1945 ,” kata Burhan Shodiq.

Resolusi jihad inilah yang membangkitkan semangat juang para santri saat itu untuk bangkit melawan penjajah. Puncak dari kegigihan para santri adalah peristiwa 10 Nopember 1945. Semangat inilah yang harus diwarisi oleh segenap santri zaman now.

“Jika santri pada masa itu berjuang dengan angkat senjata melawan penjajah, maka santri zaman now berjuang untuk meraih prestasi tertinggi. Menunjukkan jati diri santri yang berwawasan kebangsaan, cinta tanah air serta menjadi benteng terakhir NKRI,” urai Burhan Shodiq.

Sebelumnya, kepala MAN 1 Surakarta, Slamet Budiyono, menyampaikan sambutan yang intinya mengajak seluruh civitas akademika MAN 1 Surakarta, untuk selalu menjaga marwah madrasah yang notabene adalah kawah candradimuka pencetak santri-santri yang bisa mendamaikan negeri.

“Marilah kita semua selalu mengingat semangat para santri di tahun 1945, yang berjuang dengan taruhan nyawa mempertahankan kemerdekaan. Santri di masa kini berjuang dengan jalan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Santri zaman now bukanlah santri yang gagap teknologi. Santri zaman now adalah santri yang mampu memberi solusi bagi masalah negeri,” kata Slamet Budiyono. (rm_rma/bd)

Facebook
Twitter
Telegram
WhatsApp
Email
Print
Skip to content