Cilacap – Selama beberapa tahun terakhir, Kabupaten Cilacap menempati peringkat tertinggi angka perceraian. Salah satu faktor penyebab utama adalah kurangnya pemahaman akan pentingnya keluarga. Minimnya pengertian tersebut akhirnya menjalar kepada seluruh aspek kehidupan, terutama kebutuhan ekonomi.
Untuk mengatasi hal tersebut, Kantor Kemenag Kabupaten Cilacap menggelar Bimbingan Perkawinan (Bimwin) bagi para calon pengantin dan remaja usia pra nikah. Tujuannya adalah untuk membekali para calon pengantin agar memiliki pemahaman yang matang akan arti pentingnya sebuah keluarga bagi kehidupan mereka. Sedangkan bagi remaja usia pranikah diharapkan akan lebih mematangkan kedewasaan mereka saat hendak menikah. Dengan dimilikinya pengertian yang cukup diharapkan angka perceraian akan menurun.
Kegiatan yang berlangsung sejak akhir Mei lalu telah memasuki angkatan ke-3 dari 24 angkatan. Masing-masing angkatan terdiri atas 50 peserta atau 25 pasang calon pasangan suami isteri (pasutri). Hingga menjelang liburan hari raya Idul Fitri, Kemenag Cilacap telah meluluskan 150 peserta atau 75 calon pasutri. Para peserta dilatih selama dua hari oleh tenaga yang sudah profesional. Para calon pasutri diajak berdialog, diberikan ceramah dan demonstrasi. Yang membuat istimewa dari kegiatan Bimwin adalah seluruh peserta sama sekali tidak dipungut biaya. Usai kegiatan, peserta langsung mendapatkan sertifikat.
Kakankemenag Kabupaten Cilacap, Jamun mengatakan bahwa, ranking tertinggi perceraian se Provinsi Jawa Tengah merupakan kejadian yang membuatnya miris. Kondisi tersebut menggambarkan betapa kacau balaunya tatanan keluarga di Kabupaten Cilacap. Keluarga merupakan tahap awal terbentuknya generasi penerus yang berkualitas. Keutuhan keluarga adalah modal dasar pembangunan nasional yang sangat menentukan masa depan bangsa.
“Untuk dapat menciptakan generasi yang berkualitas, semuanya berawal dari sebuah bangunan keluarga. Jika keluarganya kokoh dan baik, maka generasi yang dihasilkannya pun akan baik, begitu pula sebaliknya. Keluarga yang rapuh atau bahkan malah bercerai berai, maka generasi yang dihasilkan pun rapuh. Atas dasar tersebut, maka diperlukan langkah nyata untuk menekan tingginya angka perceraian di Kabupaten Cilacap. Dengan Bimwin, paling tidak para calon pengatin akan memiliki dasar pokok tujuan hidup berumah tangga. Sehingga dengan berbekal pengertian yang memadai akan dapat memahami liku-liku hidup yang sesungguhnya,”ungkapnya.
Dikatakan lebih lanjut bahwa, liku-liku kehidupan berumah tangga sangat jauh berbeda dengan apa yang ada di angan-angan sebelum menikah. Karenanya, calon pasutri harus mengerti benar akan makna hidup berkeluarga. Kehidupan tidak selamanya manis, dan tidak pula selalu pahit. Keadaan suasana hati dan selera makan selalu berubah-ubah. Sehingga akan mempengaruhi emosi dan semangat dalam hidup. Faktor tersebut mengefek pada keharmonisan hubungan cinta kasih dalam keluarga.
Jika hal tersebut tidak dipahami secara matang, maka bangunan keluarga akan sangat mudah runtuh. Tekanan yang terberat berasal dari faktor ekonomi dan masih ditambah banyak faktor lain seperti media sosial elektronik yang menggerus kearifan dalam rumah tangga. Karenanya, program Bimwin menjadi sangat penting bagi para calon pasutri agar para pasangan tidak mudah bercerai. Membina keluarga sakinah, mawaddah dan warahmah tidak hanya sekedar harapan, melainkan dapat menjadi nyata,pungkasnya. (On/bd)