Surakarta – Dihadiri Kakankemenag beserta seluruh penyuluh agama Islam fungsional se Solo raya, Pembinaan dan Pembekalan Penguatan Moderasi Beragama Penyuluh Agama Islam Fungsional Se Solo Raya, dibuka oleh Kepala Bagian Tata Usaha Kanwil Kemenag Jateng, Wahid Arbani, yang hadir mewakili Kakanwil Kemenag Prov. Jateng, Musta’in Ahmad. Bertempat di Ballroom Sahid Jaya Hotel Solo, Rabu, 15 Juni 2022.
“Indonesia lebih dari 700 etnis, ada 18 ribu lebih pulau, agama yang plural dan tetap bisa hidup damai dan rukun. Teposliro, rukun dan bersaudara, seperti itulah jika kita memahami pentingnya moderasi beragama,” jelas Wakil Menteri Agama RI, Zainut Tauhid Sa’adi, pemateri utama dalam Pembinaan dan Pembekalan Penguatan Moderasi Beragama semalam.
Dijelaskannya bahwa dalam ilmu politik Islam, ada tiga bentuk konsep negara berdasar keterkaitan agama dan kebangsaan.
“Pertama Sekularistik, dimana negara harus berdiri terpisah dari agama atau kepercayaan. Kedua Formalistik, yakni secara formal dia menjadi negara agama, dimana dasar negaranya menggunakan nilai-nilai agama. Dan yang ketiga adalah Substansialistik (integralistik) memadukan antara negara dan agama yang saling mengisi dan menguatkan, contohnya Indonesia,” jelas Wamenag.
Betul Indonesia bukan negara islam, tapi negara memberikan perlindungannya untuk melaksanakan agama dengan tenang dan aman. Karenanya negara hadir untuk melindungi umat beragama.
“Kesepakatan ini harus kita jaga, karena jika tidak maka akan terjadi konflik. Bapak dan ibu PAIF adalah garda terdepan dalam menjaga itu semua,” pesan Zainut.
Indonesia memiliki tingkat keberagaman sangat tinggi. Islam saja ada mazhab yang berbeda-beda, organisasinya juga beda. Maka disini kita harus moderat, tidak ekstrim baik kanan (dikit-dikit bitah) atau kiri (semua dibolehkan)
Perbedaan harus ditoleransi, sepanjang perbedaan masih bisa menjadi rahmat dan dengan membuka pemahaman dan pemikiran kita.
“Penyuluh harus hadir ditengah umat, merangkul semua umat dan memberi kabar baik dan menyejukkan, internal kita rangkul dan eksternal juga kita jalin,” pesan Wamen.
“Ini pentingnya Islam yang damai, karena kita hidup dalam pluralitas, jangan sampai kita terjerumus dan malah mengakibatkan pertikaian,” ucapnya mengakhiri pembekalan hari ini.(Sua/Rf)